Headline
Pemerintah tegaskan KPK pakai aturan sendiri.
BADAN Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus dampingi sektor manufaktur menuju industri 4.0 agar siap berdaya saing global.
Kepala BPPI Kemenperin, Doddy Rahardi menyebutkan, salah satunya PT Tata Metal Lestari (Tatalogam Group) yang merupakan sektor industri logam pertama menjalani assessment INDI 4.0.
Pendampingan mulai dilakukan BPPI sejak tanggal 17-20 Juli 2020 lalu secara daring. Tak hanya melakukan pendampingan, BPPI juga sudah meninjau kesiapan perusahaan dalam mengantisipasi penyebaran virus covid-19.
“Pendampingan INDI 4.0 ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas, kinerja mesin peralatan dan juga mengikuti protokol kesehatannya,’’ ujar Doddy usai meninjau progress assessment INDI 4.0 sekaligus melepas ekspor baja ringan produk PT Tata Metal Lestari (Tatalogam Group) di kawasan Industri Delta Silicon, Cikarang, Jumat (14/8).
Baca juga : Optimalkan Portofilio, PGN Kejar Pengembangan Bisnis Global LNG
Menurutnya, pendampingan itu ditargetkan tahun 2021 sudah bertransformasi menjadi industry 4.0, bertransformasi digital. Jadi bisa bersaing, bisa masuk pasar global dan menghasilkan devisa Negara.
Sementara itu, Vice President PT Tata Metal Lestari, Stephanus Koeswandi mengatakan, pasar ekspor bisa menjadi tolak ukur bagi produk yang dihasilkan manufaktur yang telah bertransformasi ke era 4.0 karena standar yang ditentukan di berbagai negara sangat tinggi dan berbeda-beda pula.
“Buah dari penerapan project INDI 4.0 ini adalah efisiensi yang berujung pada kualitas. Sehingga produk PT Tata Metal dipercaya oleh pasar global. Terbukti dengan telah menembus pasar ekspor di delapan Negara,’’ paparnya sembari mengungkapkan, untuk kali ini dilakukan ekspor 2.000 ton dengan tujuan tiga negara yaitu Australia, Thailand, dan Puerto Rico. (RO)
Pengamat Nilai Indonesia akan Mengutamakan Market BRICS Dibanding AS
OTOMASI industri di Indonesia belakangan ini semakin berkembang seiring dengan kebutuhan berbagai sektor untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Industri manufaktur dalam negeri masih mengalami tekanan di tengah dinamika ekonomi global dan banjirnya impor produk jadi di pasar domestik.
Data resmi menunjukkan angka kecelakaan kerja yang melibatkan peralatan berat masih jadi perhatian serius.
Inovasi ini hadir sebagai respons terhadap kebutuhan industri atas alat berat yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Batas minimum tingkat komponen dalam negeri (TKDN) 25% memberikan karpet merah bagi produk-produk impor.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved