Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
SAIFUL Mujani Research and Consulting (SMRC) mengeluarkan survei baru yang menyebutkan mayoritas masyarakat mengalami kondisi ekonomi yang lebih buruk pada saat pandemi Covid-19. Kondisi ini apabila dibandingkan dengan sebelum pandemi Covid-19 ada di Indonesia.
Direktur Riset SMRC, Deni Irvani, menyampaikan sebanyak 61% masyarakat menyebutkan ekonomi rumah tangganya lebih buruk dan 10% merasa jauh lebih buruk saat pandemi ini. Artinya, sebanyak 71% masyarakat mendominasi keadaan ekonomi rumah tangga yang lebih buruk saat pandemi Covid-19 berlangsung.
Baca juga: 80% Masyarakat Anggap Indonesia di Ambang Resesi Ekonomi
“Kita peroleh hasil, ada 71% merasa kondisi ekonomi lebih buruk atau jauh lebih buruk. Sisanya 17% mengatakan tak ada perubahan, 11% lebih baik atau jauh lebih baik," ungkapnya dalam pemaparan hasil survei yang dilakukan 8-11 Juli 2020 ini, Selasa (14/7).
Lebih lanjut dijelaskan, penilaian masyarakat terhadap kondisi ekonomi rumah tangga yang memburuk terus meningkat di masa awal pandemi. Pada awal survei yakni 22-25 Maret baru 38% yang mengatakan ekonomi rumah tangganya lebih buruk dibanding sebelum wabah. Namun begitu masuk ke pekan berikutnya terjadi peningkatan yang sangat besar. Dari 38% ke 49%, lalu 67%, lalu per 20-22 Mei paling tinggi sampai 83%.
Memasuki bulan Juni, anggapan tersebut terlihat mulai berkurang seiring angka penambahan kasus virus Covid-19 yang juga menurun. Namun, pandangan publik terhadap ekonomi yang memburuk mulai kembali naik saat era kenormalan baru (new normal) diterapkan pada Juli ini.
"Setelah itu mengalami penurunan dari 76% ke 66% di pertengahan Juni. Tapi masuk bulan Juli mulai meningkat lagi. Ini efek dari diberlakukannya new normal," ujar Deni.
Sementara, tetap ada masyarakat yang menilai pandemi ini justru berdampak positif pada ekonomi mereka. Sebanyak 9% merasa ekonominya lebih baik dan 2% justru menganggap ekonominya jauh lebih baik. Sisanya, sebanyak 17% menganggap tidak ada perubahan keadaan ekonomi sebelum pandemi dan saat pandemi Covid-19 terjadi. (OL-6)
"Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus menjadi vektor utama. Keberadaan dan penyebarannya yang meluas menjadikan arbovirus sebagai ancaman serius,”
Melonjaknya angka covid-19 di negara-negara tetangga perlu menjadi sinyal kewaspadaan yang bukan hanya harus direspons otoritas kesehatan tetapi juga masyarakat.
UPAYA pengendalian resistensi antimikroba (AMR) dibutuhkan untuk mencegah kemunculan berbagai penyakit berbahaya, termasuk yang bisa menimbulkan pandemi.
Produksi masker ini. bersamaan dengan produk lain seperti kopi, keripik udang dan coklat lokal membawa Worcas mendapatkan perhatian pasar domestik internasional.
Tim akademisi dari DRRC UI merilis buku yang membahas tentang risiko dari biological hazard dapat memberi pengaruh signifikan terhadap kesehatan masyarakat global.
Epidemiolog Masdalina Pane menjelaskan belum ada sinyal bahwa virus HKU5-CoV-2 menyebabkan wabah atau pandemi baru.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved