Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
KALANGAN pelaku usaha sektor peternakan gelisah karena mulai sulitnya pemasaran, termasuk perolehan pakan ternak, di masa pandemi covid-19 ini. Mereka mengharapkan pemerintah memberi jaminan ketersediaan pasar bagi produk-produk peternakan untuk meningkatkan pendapatan peternak.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Industri Makanan dan Industri Agrifarm Peternakan Juan Permata Adoe di Jakarta, kemarin, mengatakan, sejak merebaknya pandemi covid-19, ditambah lagi penerapan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Indonesia, peternak perunggasan, sapi, domba, dan sapi perah menghadapi tantangan berat.
Akibatnya, pelaku usaha di sektor peternakan sulit mendapat pemasukan sehingga banyak cicilan kredit ke lembaga keuangan dan perbankan tertunda.
“Penularan covid-19 sudah menimbulkan keguncangan, terutama dari aspek permintaan produk pertanian dan peternakan. Perilaku konsumen dari yang tadinya offline mode menjadi online mode. Biaya produksi makin tinggi sehingga menyulitkan peternak membayar angsuran pinjaman,” kata Juan.
Ia memaparkan, sebelum covid-19 merebak di Indonesia, bisnis perunggasan bisa meraih omzet di atas Rp400 triliun per tahun dan daging sapi mencapai Rp40 triliun.
Namun, dengan sepinya permintaan produk peternakan di masa pandemi ini, ditambah lagi dengan banyaknya usaha perhotelan dan restoran yang tutup sementara, omzet mereka turun hingga 50%-60%. “Pelaku usaha peternakan sangat mengandalkan permintaan dari hotel dan restoran. Begitu usaha hotel dan restoran terganggu, sektor peternakan ikut terganggu pula,” ujarnya.
Ia mencontohkan, sebelum covid-19, dalam sebulan serapan daging sapi atau kerbau bisa mencapai 6.000 ton. Namun, saat ini untuk mencapai penjualan 1.000 ton per bulan saja sangat sulit tercapai. (RO/E-2)
Ketua Umum Kadin Indonesia Anindya Bakrie mengapresiasi upaya serius Presiden Prabowo Subianto dan jajarannya untuk mengantisipasi situasi geopolitik dan geoekonomi yang tidak menentu.
Pada 2024, total nilai perdagangan Indonesia–UE tercatat mencapai US$30,1 miliar atau setara €27,3 miliar.
KETUA Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Sutrisno khawatir bahwa Indonesia berpotensi dikenakan tarif impor AS lebih tinggi karena masuk BRICS.
KETUA Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Novyan Bakrie, menyoroti dampak konflik geopolitik terhadap dinamika ekonomi global, khususnya ketegangan antara Iran dan Israel.
KETUA Umum (Ketum) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Bakrie menegaskan aktivitas pertambangan di Indonesia tidak boleh hanya dikuasai oleh kelompok tertentu.
KPPU merekomendasikan agar Kementerian Perdagangan dan KADI mengevaluasi kembali rencana kebijakan BMAD.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved