Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
LEMBAGA pemeringkat kredit Japan Credit Rating (JCR) telah menaikkan peringkat utang (rating) Indonesia pada posisi BBB+ dengan outlook stable. Sebelumnya pada April 2019, JCR juga telah memberikan peringkat utang Indonesia BBB dengan outlook positive.
Dalam laporannya, JCR menyatakan bahwa peningkatan itu didasarkan atas penilaian JCR tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat ditopang oleh konsumsi domestik, defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) dan utang pemerintah pusat yang terkendali, ketahanan terhadap gejolak eksternal, yang didukung oleh nilai tukar yang fleksibel serta kebijakan moneter dan cadangan devisa yang cukup kuat.
“JCR mengapresiasi reformasi berkelanjutan dari pemerintahan Presiden Joko Widodo, termasuk reformasi belanja pemerintah dan pembatasan subsidi bahan bakar, serta pengembangan infrastruktur yang terus mengalami kemajuan dan lebih cepat dari yang diharapkan,” ungkap Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi, Kementerian Keuangan, Nufransa Wira Sakti, dilansir dari keterangan resmi, kemarin.
“JCR juga menaruh perhatian pada upaya penyederhanaan peraturan melalui omnibus law untuk memfasilitasi foreign direct investment (FDI) sebagai penyeimbang defisit transaksi berjalan (current account deficit),” lanjutnya.
Lebih lanjut, JCR juga menilai bahwa pemangkasan defisit fiskal menjadi 1,76% per produk domestik bruto (PDB) dalam APBN 2020 dan upaya menekan utang pemerintah pusat menjadi kurang dari 30% per PDB. Ini dikatakan menjadi rencana yang feasible dapat dicapai oleh pemerintahan saat ini.
Ketahanan ekonomi
Kenaikan peringkat utang JCR merupakan bentuk pengakuan JCR atas ketahanan kondisi perekonomian Indonesia di tengah tantangan perekonomian global yang tidak pasti. Pemerintah Indonesia memanfaatkan penilaian peringkat kredit JCR untuk mendorong peningkatan investasi langsung dari luar negeri dan masuk ke pasar obligasi Jepang.
Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, secara umum pertumbuhan ekonomi tetap relatif stabil di atas 5% berkat dukungan permintaan domestik yang terus membaik, yakni hal ini konsumsi rumah tangga, belanja pemerintah, investasi, serta kinerja neraca perdagangan dengan pertumbuhan positif produk ekspor pada triwulan IV-2019.
“Daya beli masyarakat juga membaik ditandai dengan nilai tukar petani tumbuh sebesar 1,03% yoy (year on year) dan upah buruh tani sebesar 0,3% yoy pada Desember 2019,” ungkap Airlangga.
Kepala Ekonom BCA, David Sumual, mengatakan bahwa naiknya peringkat utang (rating) Indonesia pada posisi BBB+ dengan outlook stable, menurut Japang Credit Rating (JCR), memiliki dampak yang positif bagi Indonesia. Pasalnya, dengan ini Indonesia telah meningkatkan posisi di atas investment grade.
Pada tahun lalu Indonesia juga berhasil meningkatkan peringkat di posisi BBB. Hal ini akan berdampak pada rating agency yang akan memberikan rating di atas investment grade untuk Indonesia.
“Berarti ada peningkatan, sudah 2 notch di atas investment grade. Jadi, berita gembira karena biasanya tahun lalu sudah S&P, yah menaikkan 1 notch di atas investment grade, jadi sekarang semua rating agency sudah me-rating kita investmen grade bahkan di atas investment grade,” ungkapnya kepada Media Indonesia.
Lebih lanjut, dia mengatakan, peningkatan ini juga telah mencerminkan sisi fundamental makro Indonesia yang memiliki perbaikan yang cukup signifikan. (E-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved