Headline
Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.
Sebanyak delapan kantor cabang PT Persero Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) di luar negeri mencatatkan laba sebelum pajak sebesar Rp1,1 triliun sepanjang 2019. Perolehan tersebut memberikan pertumbuhan bisnis yang signifikan bagi perseroan.
Direktur Keuangan BNI, Ario Bimo, mengatakan laba tersebut ditunjang kinerja penyaluran kredit cabang luar negeri yang tumbuh 9,9% year on year (yoy) menjadi Rp42,39 triliun. Pada 2018 penyalurannya hanya Rp38,59 triliun.
"Kredit tersebut ditopang pendanaan yang bersumber dari non-conventional funding sebesar Rp21,69 triliun. Sumber pendanaan lain adalah CASA sebesar Rp5,21 triliun," jelas Ario di Jakarta, kemarin.
Kredit tersebut, lanjutnya, menghasilkan pendapatan bunga Rp3,36 triliun atau tumbuh 20,5% yoy dibandingkan 2018 yang sebesar Rp2,79 triliun.
Pendapatan non bunga juga meningkat menjadi Rp499,74 miliar atau meningkat 105,3% dari tahun sebelumnya sebesar Rp243,7 miliar.
Ario menambahkan, keberadaan kantor cabang luar negeri BNI memberikan dampak positif bagi Indonesia.
Pasalnya, kantor-kantor cabang tersebut telah memiliki keuntungan sehingga menjadi sumber pendapatan baru bagi negara berupa pajak.
Selain itu, sumber pendanaan kantor cabang luar negeri yang berasal dari pusat menurun menjadi 40% pada 2019 dari 80% pada 2014.
"BNI optimistis telah berada pada jalur yang seharusnya dalam pengembangan bisnis internasionalnya. Ini terlihat dari CAGR (compund annual growth rate) aset periode 2014 sampai 2019 yang mencapai 20,6% per tahun," pungkas Ario.
Dia menambahkan, secara total sepanjang 2019 BNI mencatat pertumbuhan kredit 8,6% atau meningkat menjadi Rp556,77 triliun dari tahun sebelumnya sebesar Rp512,78 triliun.
Dari pertumbuhan kredit itu, BNI mencatatkan pendapatan bunga bersih (NII/net interest income) mencapai Rp36,6 triliun atau tumbuh 3,3% dibandingkan periode yang sama pdaa 2018 sebesar Rp35,45 triliun. (Mir/E-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved