Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
PERMINTAAN akan hunian sewa jangka pendek atau indekos yang melonjak dinilai sebagai peluang besar bagi perusahaan rintisan (startup) PT Hoppor International melalui operatornya Kamar Keluarga.
Direktur PT Hoppor International, Ferry Lukas, mengatakan, permintaan untuk hunian indekos mulai 2017 kian meningkat. Karena itu, Kamar Keluarga menyambut kesempatan itu dengan bekerja bersama investor mencari lahan yang potensial, membangun indekos, dan mengelola dengan harga murah.
“Ini membantu juga buat pengusaha yang sebelumnya belum berani bermain di properti, kini jadi berani,” ujar Ferry di Jakarta, Kamis (19/9).
Kamar Keluarga menggunakan konsep co-living dalam indekos yang dibangunnya. Menurut Ferry, konsep ini berbeda dengan konsep indekos biasanya.
“Yang membedakan adalah di Kamar Keluarga kita juga membangun komunitas. Orang di sini nantinya tidak hidup sendiri-sendiri, tapi ketemuan caranya dipaksa dengan diadakan acara-acara edukasi, talkshow, mengundang ahli-ahli yang menarik untuk pengembangan diri penghuni juga,” jelasnya.
Selain itu, konsep co-living diharapkan juga menjadi daya tarik tersendiri untuk permintaan hunian murah yang bisa disewa jangka pendek maupun jangka panjang, terlebih dari kalangan milenial yang kurang berminat untuk memiliki properti.
Baca juga: Sidang Perdana Gugatan Pailit Bangun Cipta Ditunda
“Sebelum-sebelumnya kita bikin acara, undang pembicara, itu banyak yang hadir dan penghuni Kamar Keluarga banyak yang tertarik, di sana mereka bisa bersosialiasi juga, tukar pikiran, kemudian ada kegiatan seperti ini menarik sekali,” ungkapnya.
Ke depan, Ferry yakin tren co-living bisa akan terus tumbuh mengingat milenial yang selalu akan punya kebutuhan untuk hunian indekos atau hunian murah. Selain itu, Kamar Keluarga juga memiliki sistem yang kuat.
“Kami yakin co-living bisa menggurita,” ungkapnya.
Ferry menyebutkan, saat ini tingkat hunian atau okupansi Kamar Keluarga sudah mencapai sekitar 70%-80% dengan mayoritas pengisi berasal dari kalangan pekerja dan mahasiswa. Kemudian, rata-rata penghuni menyewa dalam jangka waktu 6 bulan atau lebih.
Untuk memastikan huniannya terisi penuh, Ferry menjelaskan bahwa seluruh unit Kamar Keluarga sudah disurvei sehingga bisa memenuhi kebutuhan pasar dengan harga terjangkau.
Adapun, untuk mempermudah penghuni, Kamar Keluarga menawarkan kisaran harga Rp600 ribu hingga Rp2 juta per unit dengan luasan 2 meter x 3 meter. Selain itu, kamar yang akan diisi juga bisa dipesan secara daring (online) melalui website-nya.
“Kami andal untuk memanfaatkan ruang terbatas, jadi ukuran segitu (6 m persegi) sudah kasur besar, ada kamar mandi dalam dan AC. Jadi di salah satu properti kita ada rumah 105 meter pesergi bisa dibangun 32 kamar indekos,” tambahnya.
Saat ini, Kamar Keluarga sudah mengelola 2.041 unit kamar indekos di 75 lokasi Jabodetabek dan Bandung. Dalam 2-3 tahun ke depan diharapkan bisa melanjutkan pengembangan ke 9 kota besar lainnya di Indonesia.
Kamar Keluarga sendiri saat ini fokus untuk mengubah aset menganggur yang susah dijual agar menjadi produktif dan menghasilkan pendapatan pasif. Kamar Keluarga, jelas Ferry, bekerja sama dengan pemilik hunian tak terpakai atau membangun tanah warisan dengan bagi keuntungan sekitar 45%:55% atau 70%:30%.
“Share 70%:30% itu biasanya karena kita perlu melakukan renovasi besar, kalau renovasi minor tenornya 10 tahun, kalau mayor tenornya 25 tahun,” paparnya. (RO/OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved