Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Japangmas untuk Pangkas Rantai Distribusi Tengkulak

Dwi Tupani
19/9/2019 20:45
Japangmas untuk Pangkas Rantai Distribusi Tengkulak
Operation Head Terminal BBM Rewulu, PT Pertamina (persero), MOR IV Rahmad Febriadi (kedua dari kiri) bersama pengurus Japangmas.(MI/Dwi Tupani)

SALAH satu tantangan utama petani di perdesaan ialah panjangnya mata rantai pengolahan dan distribusi gabah. Hal ini akibat ulah tengkulak yang banyak mengambil keuntungan.

Petani tidak punya kekuatan untuk menguasai mata rantai distribusi, karena tidak memiliki akses terhadap modal, teknologi dan juga pengetahuan yang cukup.

Akibatnya, harga jual gabah petani pada musim panen terkandang rendah akibat pasokan melimpah, sementara petani belum bisa secara mandiri mengolah gabah terlebih dahulu.

Hal itu yang dirasakan, Jakiman. Salah satu petani di Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sebagai daerah lumbung pangan, masyarakat di desa ini mayoritas bekerja sebagai petani, baik petani padi, sayuran, maupun hortikultura.

Para petani di Desa Argomulyo, seyogianya ingin mengolah hasil panen sendiri serta menjualnya kepada masyarakat secara langsung, agar mendapatkan pendapatan lebih dari pengolahan hasil panen. Namun, terkendala dengan peralatan, teknologi dan juga modal usaha. Karena itu, para petani umumnya langsung menjual kepada tengkulak. Apalagi, jika selama pengolahan sawah, memiliki utang kepada tengkulak atau juragan. Hasil panen terkadang langsung dijual di sawah, bahkan beberapa petani ada yang menjual padi dalam kondisi masih hijau atau dikenal dengan istilah ijon.

"Parahnya, para tengkulak juga tidak langsung membayar tunai hasil penjualan padi para petani. Petani harus menagih sampai lima kali hasil penjualan padi mereka ke tengkulak tersebut," kenang Jakiman, saat ditemui di Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kamis (19/9).

Menurutnya, petani tidak punya pilihan yang lebih menguntungkan untuk menjual hasil pertanian mereka. Setelah padi dibeli dengan harga yang sangat murah oleh tengkulak, mereka harus membeli beras dengan harga mahal di pasar.

Cita-cita dan keinginan para petani Desa Argomulyo, akhirnya mulai terwujud dengan hadirnya Program Jaminan Pangan Masyarakat (Japangmas), yang diinisiasi TBBM Rewulu, PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region IV. Program yang bertujuan membangun Desa Agribisnis Mandiri ini, diluncurkan di Rumah Produksi Benih Padi dan Kelompok Tani Boga Lestari, di Desa Argomulyo, pada 10 Mei 2018.

Jakiman, yang juga menjabat sebagai Ketua Japangmas, mengakui program yang diinisiasi Pertamina tersebut berhasil mendorong pengelolaan padi dari hulu sampai hilir di desanya. Kini jumlah anggota kelompok tani yang dipimpinnya tersebut sudah mencapai 180 orang.

"Awalnya anggotanya 50 orang. Lalu bertambah 30 orang dalam beberapa bulan. Hingga kini menjadi 180 orang," ceritanya.

Anggot Kelompok Tani Boga Lestari, di Desa Argomulyo, kata Jakiman, bukan hanya para petani. Saat ini masyarakat sekitar juga berminat menjadi anggota karena mendapat keuntungan, seperti SHU (sisa hasil usaha) dari pembelian gabah dan juga penjualan beras.

"Saat ini keuntungan yang diperoleh tidak besar. Mungkin hanya Rp400 - Rp500 per kilogram beras. Belum ideal memang. Namun masyarakat yang sebagian besar petani bisa mendapatkan penghasilan lebih baik dari produksi, dan membeli beras lebih murah dari pasar," urainya.

Baca juga: Pertamina MOR I Latih Petugas SPBU Sumut soal Keselamatan Kerja

Lebih jauh, Operation Head Terminal BBM Rewulu, Rahmad Febriadi, mengatakan, untuk menyukseskan Desa Agribisnis Mandiri, Pertamina mengucurkan dana Rp200 juta – Rp300 juta per tahun. Program ini dijalankan dengan kolaborasi antara TBBM Rewulu, Joglo Tani dan kelompok tani Desa Argomulyo.

“Dana CSR tersebut, antara lain digunakan untuk pembangunan dan perluasan tempat penjemuran gabah, pembelian mesin giling padi, pengemasan beras hingga distribusi beras ke masyarakat,” ujar Rahmad.

Dengan pengelolaan gabah secara mandiri oleh petani, seluruh keuntungan dari proses pengolahan dan distribusi yang sebelumnya diraup tengkulak dan juragan, kini sepenuhnya dinikmati para petani.

“Para petani bisa menikmati harga gabah sesuai harga pasar bahkan lebih tinggi 10%. Sementara harga jual beras, karena terpotongnya mata rantai distribusi tengkulak, juga menjadi lebih murah hingga 13%,” imbuh Rahmad.

Desa Agribisnis Mandiri, merupakan salah satu proyek percontohan TBBM Rewulu yang disinergikan dengan program CSR lainnya yakni Program Mandiri Benih, Program Pengembangan Kebun Bibit Tanaman Sayur dan Hortikultura serta Program Pembuatan Pupuk Organik bagi Kelompok Tani dan Masyarakat.

Program ini terus disinergikan dan dilaksankan secara berkelanjutan, serta akan terus dikembangkan di desa lain yang menjadi sentra produksi pertanian. Hal ini sebagai upaya Pertamina meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar wilayah operasi. Program CSR yang berkelanjutan juga merupakan upaya TBBM Rewulu untuk mempertahankan dan meningkatkan Proper Emas yang telah diraih selama 6 tahun berturut-turut, sejak 2013 – 2018.

TBBM Rewulu merupakan salah satu dari tujuh TBBM yang berada di wilayah Pertamina MOR IV. TBBM yang didirikan pada tahun 1973 ini, memiliki 25 tangki BBM dan melayani sebanyak 175 SPBU di wilayah Provinsi Yogyakarta dan sebagian wilayah Jawa Tengah.

Dalam operasional sehari-hari, TBBM Rewulu mengacu pada standardisasi nasional maupun internasional seperti ISO 14001, ISO 9001, ISO 50001, OHSAS 18001, ISO 28000/SMP dan ISRS Level 4. Pada awal September 2019 lalu, TBBM Rewulu meraih penghargaan internasional ASEAN Energy Award kategori industri oleh lembaga yang terasosiasi dengan ASEAN yaitu ASEAN Center for Energy.

TBBM Rewulu juga telah melakukan inovasi dengan menerapkan penerangan alami sistem solar cell-hybrid, sehingga tercipta efisiensi energi sebesar 10,84 GJ per tahun dan reduksi emisi sebesar 2.796 kg C02 equivalen per tahun.

“Salah satu poin tertinggi dalam mencapai Proper emas adalah pemberdayaan masyarakat dan keanekaragaman hayati. Untuk itu Pertamina akan selalu memperhatikan keberlangsungan program CSR untuk dapat sustain dan tujuan akhir yaitu mensejahterakan masyarakat tercapai," pungkas Rahmad. (TA-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Aries
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik