Indonesia-UEA Jajaki Dana Abadi Sebagai Alternatif Pembiayaan

Tesa Oktiana Surbakti
19/9/2019 17:31
Indonesia-UEA Jajaki Dana Abadi Sebagai Alternatif Pembiayaan
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan(ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang)

MENTERI Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, menerima proposal pembentukan Dana Abadi (Sovereign Wealth Fund/SWF) dari pemerintah Uni Emirat Arab (UEA).

“Hasil diskusi terkait SWF akan kami pelajari. Saya harap keputusan soal ini segera keluar,” ujar Luhut dalam keterangan resmi.

Pihaknya melakukan pembicaraan dengan Abu Dhabi Investment Authority (ADIA), Menteri Energi, CEO Mubadala dan beberapa pejabat tinggi. Dalam pertemuan tersebut, membahas peluang investasi ADIA senilai US$ 1 miliar pada proyek property, real estate, hingga pengembangan destinasi wisata.

Aspek lain yang dibahas ialah pembentukan Indonesian Sovereign Wealth Fund, yang menjadi pooling dana investasi dari berbagai negara, termasuk UEA. Dengan begitu, aliran investasi yang bisa digunakan untuk proyek infrastur di Tanah Air, semakin meningkat.

“Pihak UEA akan berkunjung ke Indonesia bulan depan. Mereka dijadwalkan bertemu dengan Kementerian Keuangan dan PT SMI untuk membahas skema dan peraturan terkait pembentukan SWF. Para delegasi juga akan berbagi pengalaman membentuk SWF dengan India dan Mesir,” jelas Luhut.

Menurut Luhut, konsep SWF dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan terhadap aset negara di bawah BUMN. Sekaligus, meningkatkan dampak terhadap kemakmuran masyarakat. Meski kepemilikan saham pemerintah di bawah 50%, pemerintah dapat mengendalikan BUMN tersebut dengan kontrak yang tepat.

Dalam pertemuan yang membahas SWF, Luhut didampingi Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, Luky Alfirman, serta Direktur Utama PT SMI, Edwin Syahruzad.

Dana abadi atau SWF adalah lembaga finansial yang dimiliki negara untuk mengatur dana publik dan investasi ke asset yang lebih luas. Selain itu, kerja sama investasi antara kedua negara mencakup sektor energi. Pertamina dan ADNOC sepakat mengembangkan kerja sama di sektor hilir. Finalisasi proyek segera dilakukan, agar proyek dapat diimplementasikan.

Pembahasan meliputi partisipasi ADNOC di RDMP Balikpapan, Balongan dan Dumai. Pertamina juga bertemu dengan Mubadala untuk memperluas investasi di sektor hulu, termasuk partisipasi Mubadala di Blok Rokan.

Pada sektor pertanian, pihak UEA menyetujui investasi di Kalimantan Tengah dengan luas tanah 100.000 hektar, yang akan dijadikan perkebunan buah tropis. Apabila harga sewa tanah, kontrak dan komposisi kepemilikan saham bisa disepakati, maka UEA dapat merealisasikan investasi dalam waktu dua bulan.(OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya