Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Neraca Perdagangan RI di Mei 2019 Surplus US$0,21 M

Atalya Puspa
25/6/2019 08:30
Neraca Perdagangan RI di Mei 2019 Surplus US$0,21 M
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto.(MI/ADAM DWI)

BADAN Pusat Statistik (BPS) menca­tat adanya surplus dalam neraca per­dagangan Indonesia pada Mei 2019 sebesar US$0,21 miliar yang disebabkan surplus sektor nonmigas sebesar US$1,19 miliar.

“Surplus, meskipun tidak besar, ini menjadi sinyal positif,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto di Kantor BPS, Jakarta Pusat, kemarin.

Meski begitu, Suhariyanto me­nyatakan terjadi defisit di sek­tor migas sebesar US$0,98 miliar. Hal itu disebabkan defisit mi­nyak mentah sebesar US$477,5 mi­­liar dan hasil minyak sebesar US$1,122 miliar.

“Dengan begitu, neraca perdagang­an Januari-Mei 2019 kita masih meng­alami defisit US$2,14 miliar, karena nonmigas mengalami surplus, tapi migas defisit,” terangnya.

Pada Mei 2019, jelas ­Suhariyan­to, ekspor Indonesia me­ningkat 12,42%, yakni mencapai angka US$14,74 miliar. Jika dibandingkan dengan Mei 2018, angka itu turun 8,99%. Adapun impor pada Mei 2019 turun 5,62% menjadi US$14,53 miliar. Angka itu juga turun 17,71% jika dibandingkan dengan Mei 2018.

Untuk impor konsumsi, pada Mei 2019 meningkat hingga US$1,54 miliar atau naik 5,62% jika dibandingkan dengan April 2019. Suha­riyanto menyatakan kenaikan im­por konsumsi dipengaruhi Hari Raya Idul Fitri dengan impor bawang putih dari Tiongkok menjadi penyumbang terbesarnya.

Suhariyanto menyatakan, dengan kondisi perekonomian saat ini, Indonesia memiliki tantangan besar untuk terus memperbaiki neraca per­dagangan. “Tantangan datang internal dan eksternal. Tapi neraca perdagangan kita mudah-mudahan ke depannya surplus.”

Suhariyanto juga menjelaskan, hingga saat ini perkembangan eko­nomi global masih diliputi ketidakpastian. Di samping itu, harga k­o­moditas masih berfluktuasi. Hal itu berpengaruh pada neraca perdagangan Indonesia yang masih sulit untuk mencapai kata stabil.

“Ki­ta tak menyalahkan ­eksternal, tapi kita juga harus memperha­tikan ada perlambatan ekonomi Tiongkok. Kalau ada perlambatan, pasti memengaruhi permintaan,” tuturnya.

Terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Na­­su­tion menilai surplus sebagai perkembangan baik. “Ekspor memang naik relatif tinggi sehingga surplus nonmigasnya cukup menutup defisit migasnya.”

Perihal apakah neraca perdagang­an akan tetap surplus ke depan­nya, Darmin mengatakan sulit untuk memprediksinya. “Masih sulit un­tuk mengatakan akan terus atau tidak. Tapi ini perkembangan yang baik.” (Ata/Nur/X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Riky Wismiron
Berita Lainnya