PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia (Manulife Indonesia) menikmati perolehan yang memuaskan sepanjang 2018.
Meski mendapatkan sejumlah tantangan dari situasi perekonomian yang ada, Manulife berhasil meningkatkan pendapatan premi menjadi Rp9,2 triliun dan laba bersih Rp2,6 triliun.
Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Manulife Indonesia Jonathan Hekster mengungkapkan beban perusahaan yang lebih rendah dan pergerakan suku bunga turut menyebabkan pertumbuhan kinerja menjadi positif.
Jumlah ekuitas Manulife Indonesia juga menguat sebesar 4% menjadi Rp11,5 triliun di tengah ekuitas pasar asuransi keseluruhan yang turun 18%.
"Kami menyadari 2018 penuh dengan tantangan. Namun, kami berhasil melewa-tinya dengan baik dan mempertahankan posisi kami sebagai perusahaan asuransi terkemuka di pasar," jelas Jonathan saat memaparkan kinerja Manulife Indonesia di Jakarta, kemarin.
Hadir pada kesempatan itu sejumlah jajaran manajemen Manulife Indonesia dan juga Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI).
Kinerja yang kuat pada 2018 juga turut ditunjukkan MAMI. Presiden Direktur MAMI Legowo Kusumonegoro mengatakan, terlepas dari dinamika di pasar modal global dan domestik, MAMI menunjukkan pertumbuhan berkelanjutan yang terlihat pada jumlah aset kelola dan investor yang meningkat.
"Selama 2018, dana kelola MAMI meningkat menjadi Rp68,1 triliun dan lebih dari 16.400 investor telah bergabung menggunakan solusi investasi kami," kata Legowo.
Kepuasan nasabah
Kinerja bisnis Manulife Indonesia yang kuat itu cukup mengejutkan di saat kondisi industri asuransi jiwa tengah mengalami perlambatan.
Akhir Februari lalu, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menyebutkan pendapatan premi industri asuransi jiwa sepanjang 2018 merosot 5% dari Rp195,72 triliun pada 2017 menjadi Rp185,88 triliun.
Total premi bisnis baru tercatat Rp117,38 triliun pada 2018, sedangkan di 2017 jumlahnya Rp127,88 triliun.
Penurunan pendapatan premi diduga karena minat masyarakat membeli produk asuransi tak sebesar tahun-tahun sebelumnya.
Menurut Hekster, kinerja kuat yang diraih Hekster karena Manulife memfokuskan pada kepuasan nasabah.
"Kepentingan nasabah yang menjadi utama. Kekuatan bisnis kami untuk memastikan kapabilitas pembayaran klaim kepada nasabah," ujar dia.
Sepanjang 2018, kata Hekster, pihaknya membayar klaim ke nasabah sebesar Rp5,5 triliun, atau Rp15 miliar setiap harinya, dan Rp626 juta setiap jamnya.
"Kepuasan nasabah menjadi titik fokus kami. Ada 2 juta nasabah Manulife Indonesia. Kami lakukan survei terkait net promoter score, tiap tahun terus naik. Boleh dibilang, kami market leader terhadap NPS dari 60 perusahaan asuransi jiwa di Indonesia. Artinya, nasabah menilai kami tepat, adil, dan benar," papar Hekster.
Terkait dengan ketidakpastian kondisi ekonomi nasional di 2019, Hekster mengaku tetap optimistis. Apalagi, kesadaran masyarakat akan asuransi kian tinggi, terutama setelah adanya BPJS.
Potensi asuransi di Indonesia sangat besar, peningkatannya bisa 20% hingga 30% tiap tahun.
Secara makro, walaupun ada ketidakpastian, diyakini industri asuransi bisa tumbuh dua digit.
"Kami sudah 33 tahun di Indonesia, sudah mengalami banyak pilkada dan pemilu.Memang ada dampak, tetapi rata-rata tidak ada pengaruh negatif. Makanya kami tetap optimistis," tandas Hekster. (E-3)