Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Berburu Batik Nusantara untuk Lebaran

Fetry Wuiryasti
10/5/2019 01:45
Berburu Batik Nusantara untuk Lebaran
Pengunjung melihat batik yang dipamerkan pada perhelatan Gelar Batik Nusantara 2019 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu (8/5/2019).(ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

BERBURU batik saat Ramadan menjadi alternatif pilihan busana untuk menyemarakkan Hari Raya Idul Fitri. Berbagai motif kain batik asli Indonesia yang unik ditawarkan dalam perhelatan Gelar Batik Nusantara 2019 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, sejak Rabu (8/5) hingga Minggu (12/5).  

Pameran yang bertema Lestari tak berbatas itu memamerkan batik di 260 booth dan menawarkan batik eksklusif yang bisa dipadu-padankan dengan item fesyen lainnya.

Salah satu penjual sekaligus perajin batik dengan merek Rajasa Mas asal Cilacap, Tonik Sudarmadji, menjelaskan stan mereka mengangkat batik khas Cilacap dengan motif pakem Maos yang terdapat 1.883 pewarnaan dan dilakukan dengan bahan alami.

"Batik Cilacap sangat erat kaitannya dengan kedatangan Pangeran Diponegoro dan juga para pasukannya ke wilayah Banyumas, termasuk Cilacap dan khususnya Maos sendiri. Oleh sebab itu, motif-motif pada batik Maos umumnya mempunyai makna yang berkaitan dengan siasat ataupun sandi perang," tutur Tonik ketika ditemui di pameran JCC, Kamis (9/5)

Selain itu, batik Maos juga mempunyai motif yang bercorakan tumbuh-tumbuhan, seperti motif cebong kumpul yang mempunyai makna supaya pasukan berkumpul serta merapatkan barisan untuk bersiap menghadapi musuh. Dalam makna lebih luas lagi, motif itu memberi makna arti pentingnya sebuah persatuan.

Motif Maos lainnya, seperti motif kembang ambring, bermaknakan pesan persatuan, yaitu bersatu di dalam menghadapi musuh. Motif lar buntal, memiliki makna misi pembagian wilayah (pembagian tugas yang rata). Lalu, motif andaindi, mempunyai makna tingkatan dalam tugas ataupun struktur, organisasi, pemerintahan atau pembagian wewenang.

Motif blarak sineret, motif ini mempunyai makna kebersamaan dan kemenangan di dalam perjuangan. Ada pula motif rujak sente, mempunyai makna, yaitu pemimpin harus tegas, padat, dan bermakna.

Bahan natural
Dalam pameran ini, yang menjadi andalan mereka, yaitu kain-kain dengan bahan natural. Mereka menyediakan 300 potong kain dan 20 helai kemeja selama pameran berlangsung. "Motif natural bahan alam menjadi incaran sebab warna cokelat mangrove menjadi andalan warna daerah Cilacap dengan kayu berasal dari Nusa Kambangan. Selain itu, motif dari bahan alam sulit ditiru," ujar Tonik.

Harganya pun bervariasi, mulai Rp150 ribu untuk kain pewarnaan sintetis hingga Rp1,5 juta untuk batik tulis. Perbedaan harga, selain ditentukan bahan, warna, juga dari proses kerumitan pencelupannya.

"Pewarna alam berasal dari tumbuh-tumbuhan, termasuk pohon mahoni, lalu mangrove untuk warna hitam, sedangkan biru dari daun tom atau daun mangsi. Warna hijau perpaduan kuning kayu nangka dengan daun tom. Makanya harganya memang berbeda," tutur pria yang kini telah memiliki 80 perajin di Cilacap.

Proses pewarnaan dengan bahan alam, lanjutnya, bisa memakan waktu satu bulan karena tidak boleh terkena panas matahari langsung.

Bagi Irene dan Renny, dua aparat sipil negeri (ASN) yang menyempatkan diri berkunjung, pameran batik seperti itu sangat menguntungkan bagi mereka penyuka batik. Alasannya, harga yang ditawarkan miring alias lebih murah dari label yang tertempel. "Asal pintar menawarnya. Kain batik bagus bisa ditawar lebih dari 50%-nya. Asal yang beli banyak orang saja," ujar Irene.

Sementara itu, di stan batik Sumatra terdapat batik tanah liek, yang smepat tidak berproduksi sejak 70 tahun lalu. Adapun corak batik tanah liek mengangkat budaya Sumatra Barat, seperti rumah Gadang, Bundo Kanduang. Ada pula batik tulis hewan laut, dan akar dedaunan.

Pada stan Madura-Pamekasan, yang mayoritas ditawarkan dan dicari pembeli ialah batik bermotif yang lawas dan klasik, di antaranya sekar jagad, gringsing, lereng, terantai, dan polkadot Madura. Adapun harganya dari Rp150 ribu untuk batik cap dan Rp7,5 juta untuk batik tulis. (S-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya