Headline

Program Makan Bergizi Gratis mengambil hampir separuh anggaran pendidikan.

Industri Rumput Laut Masih Terganjal Berbagai Kendala

Andhika Prasetyo
07/5/2019 20:12
Industri Rumput Laut Masih Terganjal Berbagai Kendala
Delegasi Asosiasi rumput Laut Indonesia di Simposium Rumput Laut Internasional(Dok. ARLI)

INDUSTRI rumput laut Indonesia masih berhadapan dengan sejumlah tantangan serius. Salah satu yang menjadi sorotan utama ialah terkait tata cara produksi yang belum tepat.

Hal itu diungkapkan Ketua Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) Safari Azis dalam International Seaweed Symposium (ISS) ke 23 yang dihelat di Jeju, Korea Selatan, pekan lalu.

Ia mengungkapkan masih banyak para pembudi daya melakukan panen sebelum waktunya. Itu membuat kualitas rumput laut belum menyentuh batas maksimal.

Belum lagi penanganan pada masa pascapanen yang belum sesuai standar.

"Akhirnya Indonesia memiliki kualitas yang beragam, tidak seragam. Situasi ini akhirnya mempengaruhi harga," ujar Safari melalui keterangan resmi, Selasa (7/5).

Baca juga : Nunukan Ekspor Rumput Laut ke Korea Selatan

Di luar itu, terdapat juga ancaman dari sisi lingkungan. Sampah-sampah yang dibuang ke laut tentu memberikan dampak buruk terhadap proses budi daya.

"Industri rumput laut di Indonesia belum terlalu diprioritaskan. Itu juga terlihat dari belum adanya tata ruang khusus untuk budi daya. Kita masih bertubrukan dengan sektor pariwasata dan perhubungan," jelasnya.

Dari sisi pelaku usaha, pembudi daya juga masih kesulitan dalam mengakses pembiayaan. Sektor rumput laut masih dianggap belum menjanjikan bagi perbankan.

Safari menekankan bahwa rumput laut adalah komoditas unggulan nasional yang berada dalam rantai pasok global.

Indonesia merupakan penghasil rumput laut tropis terbesar di dunia, dimana jenis Eucheuma dan Gracilaria merupakan komoditas yang dikembangkan oleh masyarakat pesisir dan pulau-pulau yang awalnya ditujukan untuk membantu mengentaskan kemiskinan, kelestarian sumber daya alam, pengembangan ekonomi daerah yang berkelanjutan dan peningkatan perolehan devisa untuk negara.

"Rumput laut adalah komoditas yang memiliki banyak keunggulan dan nilai tambah. Itu bisa diolah dan digunakan sebagai bahan pencampur untuk pengenyal, pengental, pengemulsi, penjernih dan lain-lain yang banyak diperlukan industri makanan, minuman, kosmetik, farmasi dan masih banyak lagi," terang Safari.

Maka dari itu, ia berharap pemerintah dapat memberikan dukungan serius sehingga industri rumput laut mulai dari hulu hingga hilir dapat berkontribusi lebih besar dalam perekonomian Indonesia. (OL-8)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya