Headline

Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.

Keberadaan Data Ekspor Penting untuk Menyusun Kebijakan

MI
28/2/2019 10:20
Keberadaan Data Ekspor Penting untuk Menyusun Kebijakan
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) bersama Direktur Eksekutif Indonesia Eximbank Sinthya Roesly (kiri) menekan tombol dalam Peresmian National Export Dashboard (NED) dan Sarasehan Komoditas Ekspor Unggulan, di Jakarta(ANTARA/Aprillio Akbar)

INDONESIA kini memiliki data nasional berbasis situs daring yang dapat digunakan para pemangku kepentingan dalam mengambil kebijakan terkait dengan kegiatan ekspor-impor. Pusat informasi bernama National Export Dashboard (NED) itu antara lain menyediakan laporan industri dan proyeksi soal data perdagangan, informasi pasar, komparasi dengan negara-negara lain, serta isu perdagangan yang sedang tren.

"Dengan adanya data ini sehingga kita tidak kemudian terkaget-kaget dengan perubahan perkembangan yang terjadi," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani saat menghadiri peluncuran pusat data informasi tersebut di Jakarta, kemarin. Pembuatan NED ialah inisiasi Eximbank bersama Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) dan University Network for Indonesia Export Development (UNIED) atau jaringan perguruan tinggi untuk terus memformulasikan dan mengelola data yang berhubungan dengan ekspor dan ekonomi secara umum dan detail.

Dari penjabaran dashboard ini akan bisa diperoleh data perkembangan komoditas ekspor Indonesia, baik dari negara tujuan maupun kompetitor, sehingga negara akan mampu memperbaiki kebijakan-kebijakannya berdasarkan analisis data tersebut. "Kolaborasi pengusaha dengan akademisi membuat kajian akademis data komoditas ini bisa membantu pemerintah melihat detail persoalan ekspor di Indonesia," ujar Menkeu.

Dalam kesempatan itu, salah seorang tim penyusun survei UNIED Muhammad Firdaus menjabarkan, berdasarkan pemetaan yang dilakukan, ada dua komoditas yang isunya sangat dinamis yakni kakao dan kayu furnitur.

Baca juga: Peluang Besar di Bisnis Layanan Nontunai

Untuk kasus kakao, kata dia, terjadi opportunity loss di beberapa negara seperti Spanyol dan Mauritius, tapi masih ada celah di Jepang dan Belanda. "Di dalam negeri produksi kakao menurun, tapi konsumsi meningkat. Tidak heran, impor untuk kakao agak naik karena ada pertumbuhan konsumsi oleh industri pengolahan yang tidak mampu dipenuhi di dalam negeri," ujarnya.

Untuk furniture, kata dia, Indonesia punya peluang untuk mengekspor produk seperti arang kayu, kayu lapis, bingkai kayu, bahkan tatakan kayu. Namun, menurut dia, kendala ada pada pemahat ahli kayu furnitur dan kurang maksimalnya dukungan pemerintah terhadap industri itu. "Kalau di Vietnam sudah ada insentif untuk industri ini," ujar Firdaus. (Try/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : PKL
Berita Lainnya