PT Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia menargetkan peringkat tiga besar di kawasan Asia pada 2020. Lalu posisi 10 besar di dunia pada tahun 2030. Saat ini anak perusahaan PT Garuda Indonesia Tbk (persero) itu berada di peringkat 25 untuk skala global.
"Itu yang menjadi cita-cita kita jangka menengah dan panjang," ujar Direktur Utama GMF AeroAsia Richard Budihadianto di sela-sela acara The Inauguration of GMF's Hangar 4 di kawasan Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, hari ini.
Pencapaian itu akan didukung peningkatan kapasitas dalam usaha pengembangan bisnis. Baru-baru ini GMF AeroAsia melakukan penambahan kapasitas perawatan pesawat melalui pembangunan hangar baru, hangar 4, untuk merawat pesawat berbadan kecil (narrow body) di kawasan Bandara Soekarno Hatta.
Pembangunan hanggar 4 yang seluruh pembangunannya dikerjakan oleh putra putri bangsa Indonesia ini merupakan hanggar pesawat narrow body terbesar di dunia setelah predikat hanggar terbesar di dunia sebelumnya berada di Turki.
Luas area hanggar 4 mencapai 67.022 m2 dengan 64.000 m2 area produksi dan 17.600 m2 area perkantoran.
Hanggar 4 memiliki kapasitas merawat 16 pesawat berbadan kecil body secara paralel, yakni pekerjaan perawatan ringan maupun berat, modifikasi winglet, perbaikan struktur, modifikasi interior pesawat, pengecatan dan perawatan lainnya. Serta satu bay untuk fasilitas pengecatan (painting) pesawat.
Penambahan kapasitas hanggar 4 dilatarbelakangi atas dukungan GMF terhadap program Quantum Leap Garuda yang akan mengoperasikan pesawat berbadan kecil, regional jet dan pesawat turboprop sebanyak 241 pesawat di tahun 2020. Baik itu Garuda Indonesia maupun Citilink Indonesia. Serta memenuhi permintaan pasar perawatan pesawat berbadan kecil di domestik dan regional Asia Pasifik yang akan menjadi pemimpin pasar perawatan pesawat terbesar untuk lima tahun ke depan.
Untuk memaksimalkan kesiapan operasionalnya, utilisasi hanggar 4 akan dilaksanakan secara bertahap hingga 2018.
Pada tahun 2016 diperkirakan sebanyak 209 pekerjaan perawatan pesawat akan dilaksanakan di hanggar 4. Kemudian bertambah menjadi 250 pekerjaan pada tahun 2017. Dan 313 pekerjaan pada tahun 2018. Proyek pekerjaan perawatan pesawat tersebut meliputi perawatan ringan, perawatan berat, modifikasi winglet, perbaikan struktur, modifikasi interior pesawat, pengecatan pesawat, dan perawatan lainnya.
Sementara jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam pekerjaan perawatan pesawat di hanggar 4 diproyeksikan akan mencapai 438 orang dalam tiga tahun ke depan. Di tahun 2016 diproyeksikan 121 orang, tahun 2017 sebanyak 179 orang, dan di tahun 2018 sebanyak 238 orang.
Sejalan dengan peningkatan-peningkatan tersebut, kapasitas dan pendapatan GMF AeroAsia dari pembangunan hanggar 4 juga diproyeksikan akan mengalami peningkatan.
Saat ini GMF AeroAsia melaksanakan 167 pekerjaan perawatan pesawat pada hanggar narrow body yang dimiliki perseroan. Maka dengan adanya hangar 4 maka penambahan pekerjaan perawatan pesawat diproyeksikan bertambah sebesar 146 pekerjaan hingga tahun 2018 atau menjadi 313 pekerjaan.
Peningkatan pendapatan yang diproyeksikan dari hanggar 4 ini adalah sebesar US$86 juta atau sebesar 150% dari pendapatan GMF dari pekerjaan perawatan pesawat narrow body saat ini.
"Saat ini pendapatan dari kapasitas hangar narrow body yang ada adalah sebesar US$57 juta sehingga dengan hangar baru ini di 2018 diproyeksikan pendapatan GMF akan meningkat menjadi US$143 juta," kata Richard.
Menteri BUMN Rini M Soemarno juga meyakini operasional hanggar 4 mendukung GMF AeroAsia menjadi perusahaan berkelas dunia. Pasalnya fasilitas itu akan memenuhi permintaan industri aviasi untuk pelayanan dan perawatan. Mengingat pada 20 tahun mendatang, bisnis penerbangan akan berkembang di Asia Pasifik. "Artinya Indonesia memiliki kesempatan," ucapnya.
Menurutnya, GMF AeroAsia memiliki kemampuan untuk menjadi pemain dunia yang dapat diperhitungkan. Hal itu disebabkan GMF AeroAsia telah memberikan fasilitas pelayanan mau perawatan bagi maskapai penerbangan dalam negeri maupun luar negeri.
GMF AeroAsia telah menjadi perusahaan dunia (global company) dengan memiliki 59 negara dari 5 benua sebagai konsumen.
Rini meminta GMF AeroAsia mengembangkan hanggar di luar Jakarta dengan acuan fasilitas perawatan pesawat yang sudah dioperasikan perseroan. Baik itu Indonesia Barat maupun Indonesia Timur.
Richard menambahkan GMF AeroAsia dan Bintan Aviation Investment telah menjalin kerja sama membentuk perusahaan patungan untuk menggarap perawatan pesawat di kawasan industri Bintan, Riau. Kemitraan itu diproyeksikan menggarap bisnis yang terkait dengan industri penerbangan di Commercial International Private Airport atau bandar udara komersial internasional pertama di Indonesia yang dikelola swasta dan Aerospace Park pertama di Indonesia.
"Kita review lagi masalah investasi, dan ini akan dievaluasi bersama pemegang saham," katanya.
Selain Bintan, GMF AeroAsia juga berencana mengembangkan bisnis perawatan pesawat di Indonesia Timur. Seperti di Makassar, (Sulawesi Selatan) ataupun Manado, (Sulawesi Utara). Akan tetapi ekspansi itu mempertimbangkan pertumbuhan industri aviasi.
Papua, tambah Richard, juga menjadi pertimbangan bagi GMF AeroAsia untuk membangun industri perawatan pesawat. Strategi itu bertujuan untuk menekan biaya perbaikan pesawat sebab ongkos maskapai penerbangan di Papua untuk perawatan di Jakarta cukup tinggi.(Q-1)