Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menegaskan rencana megaproyek pembangkit listrik 35 ribu megawatt (Mw) tidak akan direvisi. Ia tetap menyatakan jumlah tersebut merupakan kebutuhan listrik dalam jangka lima tahun ke depan.
Dalam perbincangannya dengan media di Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan, Jakarta, Sudirman menyebut rasio elektrifikasi Indonesia masih 86,39% atau sekitar 63,5 gigawatt (Gw). Angka itu dinilainya masih kecil ketimbang rasio elektrifikasi di Malaysia dan Singapura.
"Masih banyak desa dan daerah yang belum dialiri listrik. Ga adil buat mereka kalau kita tidak memenuhi kebutuhan mereka. Listrik adalah jendela peradaban. Begitu mereka dapat listrik, seketika mereka 'terbuka'," ucap Sudirman, Senin (7/9).
Pun, kata dia, Presiden Joko Widodo pernah menyampaikan di dalam sidang kabinet bahwa target yang ambisius itu bisa ditingkatkan lagi. "Jadi ga ada alasan sedikit pun untuk revisi target," cetusnya.
Lebih lanjut, Sudirman menjelaskan akan terbangun 291 pembangkit, 732 jaringan transmisi dengan 75 ribu set tower, dan 1.375 unit gardu induk untuk merealisasikan proyek 35 ribu Mw.
Dari 7 ribu Mw yang termasuk dalam fast track program (FTP) I yang sempat mangkrak, ditargetkan 5.459 Mw akan beroperasi secara komersial pada akhir tahun ini. Pada waktu yang sama, Sudirman juga memproyeksikan akan ada sebanyak 22.728 Mw yang akan masuk dalam proses penandatanganan power purchased agreement (PPA). Selain itu, akan ada 5.990 Mw yang ditargetkan akan masuk ke proses peletakan batu pertama (groundbreaking).
Sudirman mencetuskan PT PLN (persero) telah menunjuk PT Krakatau Steel Tbk untuk berkontrak dalam kerjasama membangun jaringan transmisi. Nantinya, Kratau Steel diberi wewenang untuk mencari pelaku usaha baja lainnya untuk menghimpun kekuatan membangun transmisi. Dalam 732 transmisi, dibutuhkan 301.300 kilometer konduktor aluminium, 2.600 set travo, dan 3,5 juta ton baja. Dipastikan oleh Sudirman bahwa tidak semua baja untuk transmisi tersebut akan berasal dari dalam negeri karena jumlahnya tidak mencukupi.
"Baja kita kapasitasnya terbatas, maka pasti akan ada impor. Kita biarkan Krakatau Steel mencari pelaku usaha baja lainnya untuk menghimpun kekuatan," imbuhnya. (Q-1)