Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Target Ekspor Diyakini Tembus dengan Perluasan Pasar

Pra/S4-25
19/10/2018 02:10
Target Ekspor Diyakini Tembus dengan Perluasan Pasar
(ANTARA/ASWADDY HAMID)

SECARA akumulasi sejak Januari hingga September 2018, total ekspor Indonesia tercatat sebesar US$134,98 miliar. Nilai tersebut sudah hampir menyamai capaian ekspor tahun lalu secara keseluruhan, yakni US$168,7 miliar.

Melihat kondisi tersebut, pemerintah, dalam hal ini Kementerian Perdagangan (Kemendag), optimistis target peningkatan ekspor sebesar 11% dari raihan tahun sebelumnya dapat terealisasi. Sekretaris Jenderal Kemendag Karyanto Suprih mengatakan, pihaknya terus mendorong berbagai upaya, seperti pembukaan pasar-pasar baru di Afrika dan Amerika Selatan.

Di tengah ketidakpastian pasar global akibat perang dagang yang terjadi pada beberapa negara besar, akses kepada pasar-pasar baru mutlak diperlukan.

“Ekspor produk unggulan kita, seperti minyak kelapa sawit sudah mulai menggeliat ke Afrika. Pemerintah mengupayakan pasar baru akan terus bertumbuh sehingga tidak terlalu bergantung pada negaranegara lama,” ujar Karyanto kepada Media Indonesia, Rabu (17/10).

Pembukaan akses pasar baru juga diimbangi pengoptimalan kantor-kantor Atase Perdagangan dan Indonesia Trade Promotion Center (ITPC). Pemerintah telah melakukan
evaluasi dengan menutup dan memindahkan kantor-kantor Atase dan ITPC di negara yang dianggap tidak memberikan kontribusi besar terhadap perdagangan Indonesia.

“Kantor Atase Perdagangan di Kopenhagen (Denmark) dan ITPC Lyon (Prancis) sudah ditutup dan dipindah ke Hanoi (Vietnam) dan Instanbul (Turki). Kami juga akan membuka
baru di Shanghai (Tiongkok). Intinya, kami buka di tempat yang berpotensi di perdagangan, bukan tempat-tempat pariwisata.  Satu hal penting lain dalam upaya peningkatan ekspor, yaitu percepatan penyelesaian perundingan kerja sama perdagangan internasional,” ujar Karyanto.

Salah satu perundingan yang rampung baru-baru ini ialah IndonesiaAustralia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IACEPA). Dengan selesainya kesepakatan itu, seluruh produk Indonesia atau sebanyak 6.474 pos tarif akan menikmati bea masuk 0% dari Australia.

Indonesia memberikan bebas bea masuk kepada 94% pos tarif produk Australia. Diharapkan kinerja ekspor ke Australia yang merupakan salah satu mitra strategis dapat terus ditingkatkan di masa mendatang.

“Walaupun sekarang masih defisit, kami optimistis dalam sisa tahun berjalan masih bisa mengejar. Sekarang yang menjadi persoalan memang di sektor migas yang berkontribusi terhadap defisit. Kami akan terus dorong ekspor nonmigas untuk menyeimbangkan neraca perdagangan,” ucapnya.

Yang perlu diperhatikan, yaitu nilai impor sepanjang Januari-September 2018 masih lebih tinggi, yakni US$138,76 miliar daripada ekspor. Akibatnya, terdapat defisit neraca
perdagangan sebesar US$3,78 miliar. Selain menyeimbangkan neraca perdagangan, Indonesia juga harus mengejar kinerja ekspor negara-negara tetangga yang pada tahun lalu mengantongi hasil lebih baik. Thailand punya nilai ekspor US$231 miliar dan Malaysia US$184 miliar.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya