Headline

Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.

Fokus

Terdapat sejumlah faktor sosiologis yang mendasari aksi tawur.  

Ekonomi Indonesia Masih Tahan dari Turbulensi

Fetry Wuryasti
13/10/2018 16:45
Ekonomi Indonesia Masih Tahan dari Turbulensi
(ANTARA)

PERTUMBUHAN ekonomi dunia pada periode 2018-2019 diproyeksikan akan mengalami koreksi. Para ahli memperkirakan dalam kurun waktu tersebut pertumbuhan global berada di level 3,7%, turun dari sebelumnya 3,9%. Meskipun terkoreksi ke bawah, ekonomi dunia tetap tumbuh di atas rata-rata historisnya yakni 3,3%.

"Momentum pertumbuhan dunia masih ada. Memang di dua tahun ini dan depan akan terkoreksi, khususnya karena isu-isu besar yang masih terjadi secara global, baik di pasar keuangan maupun di perdagangan," ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo di Nusa Dua, Sabtu (13/10).

Dengan sikondisi seperti itu, sambung Dody, sebagai negara berkembang Indonesia harus bisa menyikapi dengan cara memitigasi risiko yang ada, khususnya di pasar keuangan.

Ia menyebut dalam pertemuan tahunan IMF-World Bank 2018 di Bali, sudah banyak pembahasan terkait fakta bahwa pasar keuangan global saat ini terhubung satu sama lain. Sudah terjadi pergerakan yang sifatnya multipolar untuk pasar-pasar keuangan secara global sehingga sangat mudah rentetan dari satu guncangan berimbas ke negara lain.

Maka, setiap negara perlu mengecek fundamental ekonominya sekaligus melakukan 'diet' dari sisi kebijakan sebagai antisipasi seandainya kondisi perekonomiannya perlu dilakukan penguatan.

"Dua komponen itu jadi penting, selalu diingatkan bahwa akhirnya seluruh negara perlu semacam buffer," tutur Dody.

Buffer ini ujung untuk menghadapi semua tekanan dan diperlukan untuk menstabilkan pasar.

Mengenai perdagangan, Dody menyebut semua negara anggota IMF sepakat bahwa masalah perdagangan ini harus diselesaikan bersama. Tidak ada satu negara pun yang diuntungkan jika perang dagang terus dilakukan.

"The winner atau the loser pasti akan mengalami kerugian. Itu memang pada akhirnya, sinergi kolaborasi kebijakan dibutuhkan," ujar Dody.

Apa yang dialami Indonesia sama dengan yang dialami emerging markets. Indonesia ialah contoh bagaimana contoh negara-negara yang resiliensinya kuat, tapi tetap kena dampak spillover dari global.
 
"Banyak testimoni yang diarahkan kepada kita mengenai kuatnya ekonomi Indonesia, diapresiasi oleh mereka. Kebijakan-kebijakan yang memang di sektor riil, moneter, stabilitas sistem keuangan Indonesia juga diapresiasi bahwa kita masih kuat dari turbulensi yang kini terjadi," kata dia. Namun tetap saja ada goyangan ketika ekonomi global bergejolak.

Maka, sambung Dody, perlu ada suatu aksi bersama, khususnya dari sisi perdagangan, yang akan berdampak positif untuk Indonesia. Ia membenarkan Indonesia masih punya pekerjaan rumah yang belum tuntas yaitu reformasi yang dijalankan dan masalah defisit transaksi berjalan.

"Ini sudah dalam perhatian pemerintah dan bank sentral," tukas Dody. (X-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ahmad Punto
Berita Lainnya