Headline
Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.
Presiden Prabowo resmikan 80.000 Koperasi Merah Putih di seluruh Indonesia.
BANK Dunia memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia turun dari 5,3% menjadi 5,2% pada tahun ini. Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri menilai turunnya proyeksi tersebut memperlihatkan perekonomian Indonesia yang stagnan. Tercatat dalam tiga tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran 5%.
"Intinya, pertumbuhan kita stagnan, faktanya kita ada di kisaran 5%, kalau mau siginifikan kita harus berpindah dari 5% ke 6%," ujar Chatib di Jakarta, Rabu (6/6).
Padahal, lanjut Chatib, pemerintah menargetkan keluar dari middle income trap pada kurun 2030-2045. Akan tetapi, jika pertumbuhan ekonomi hanya stagnan 5%, menurutnya, Indonesia baru menjadi negara berpenghasilan tinggi pada 2060.
"Kalau Indonesia hanya 5% butuh 14 tahun income per kapita bisa dobel, kalau sekarang US$3.000 per kapita 2032 baru US$8 ribu, kalau terus seperti ini kita baru masuk high income pada 2060, saat itu kita sudah aging population dengan pendapatan US$25 ribu, bandingkan dengan Jepang yang US$40ribu saat aging population," tukasnya.
Menurutnya, akan sangat berbahaya bagi Indonesia jika memasuki negara berpenghasilan tinggi pada saat populasi mulai menua.
"Risiko kita tua sebelum kaya, Anda sakit gak punya uang, tidak bisa sekolahkan anak cucu," ucapnya.
Untuk itu, Chatib menilai Indonesia perlu berlari lebih kencang agar pertumbuhan ekonomi bisa lebih tinggi dengan reformasi struktural.
Indonesia, kata dia, harus meningkatkan investasi berbasis ekspor seperti yang dilakukan Vietnam. Sehingga defisit transaksi berjalan bisa tertutupi oleh investasi asing. Untuk menarik investasi berbasis ekspor itu, pemerintah harus terus memperbaiki kemudahan berusaha dan infrastruktur.
"Kecepatannya perlu dipercepat, lalu soal implementasi (kebijakan) kemudian (perbaikan) sumber daya manusia, jadi saya kira semua isu ini harus diatasi dengan kecepatan yang tinggi," tukasnya.
Di tempat yang sama, mantan Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu menilai untuk keluar dari pertumbuhan yang stagnan maka Indonesia perlu meningkatkan produktivitas melalui peningkatan investasi dan bauran kebijakan (moneter dan fiskal).
Untuk itu, Indonesia perlu mengurangi hambatan dalam berbisnis melalui pembangunan infrastruktur, mengurangi biaya ekonomi yang tinggi agar investasi masuk, serta konsistensi dalam implementasi kebijakan.
"Dan bagaimana merespon hal baru seperti disrupsi teknologi, bagaimana bisa tingkatkan produktivitas dan efisiensi melalui peningkatan kualitas SDM," tukasnya.
Mari menambahkan, ekspor Indonesia juga tidak bisa hanya mengandalkan komoditas sumber daya alam dan manufaktur, tetapi juga jasa termasuk pariwisata agar bisa meningkatkan daya saing dan menambah devisa.
Untuk pariwisata dampaknya bisa luas dari segi kawasan yang berkembang dan menciptakan lapangan kerja. Kendala konektivitas dan kebersihan itu harus diatasi untuk meningkatkan pariwisata," pungkasnya. (OL-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved