Headline
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
Pertemuan dihadiri Dubes AS dan Dubes Tiongkok untuk Malaysia.
GUBERNUR Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan kondisi ekonomi Indonesia masih sangat kuat menghadapi gelombang ketidakpastiaan ekonomi dunia. Bukan hanya itu, menurutnya rupiah juga akan mampu bertahan dari terpaan lebih dahsyat dibanding saat ini yakni 2008 dan 2015.
"Saya tekankan, kita telah melalui episode yang tekanannya jauh lebih tinggi. Pada tapper tantrum itu tingkat tekanannya lebih tinggi, bahkan 2015 revisi pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang mengejutkan juga terjadi revearsal yang seperti ini. Yang terjadi sekarang itu jauh lebih kecil dari episode ini," tegas Perry di Kantor BI, Jakarta, Jumat (25/5).
Kemudian menurut dia, syarat krisis belum ada satu pun yang terpenuhi seperti defisit transaksi berjalan yang tidak terkendali dan kalau Indonesia hitungannya yang aman itu tidak lebih dari 3%.
Kedua, utang luar negeri yang kemudian menjadi tidak terbayarkan atau ada gangguan dalam membayarnya, kalau dalam perkembangan sehari adalah tingkat depresiasi yang sangat besar dan tinggi.
"Sementara defisit transaksi berjalan Indonesia saat ini tidak lebih dari level 2,5% atau di bawah 3%. Kemudian rasio utang luar negeri terhadap produk domestik bruto (PDB) atau gross domestic product (GDP) berada di level 34% atau masih lebih rendah dari sejumlah negara lain," terangnya.
Kemudian, sambung dia, depresiasi baru menyentuh 4,3% atau masih lebih rendah dengan negara lain. Itu memang lebih tinggi daripada negara-negara dengan current account surplus, tapi jika dibandingkan dengan negara yang mengalami current account defisit, Indonesia relatif rendah.
"Meskipun demikian, saya tidak ingin mengatakan kita tidak waspada, bank sentral itu harus cautious tapi tentu dengan perhitungan yang tadi saya katakan bahwa kita akan melakukan fokus langkah stabilisasi nilai tukar," pungkasnya. (X-12)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved