Headline

PPATK sebut pemblokiran rekening dormant untuk lindungi nasabah.  

Fokus

Pendidikan kedokteran Indonesia harus beradaptasi dengan dinamika zaman.

BI Naikkan Suku Bunga, Perbankan Jangan Latah

Fetry Wuryasti
17/5/2018 20:40
BI Naikkan Suku Bunga, Perbankan Jangan Latah
( MI/PANCA SYURKANI)

BANK Indonesia memutuskan menaikkan suku bunga acuan BI 7Day Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 4,5%. Menanggapi hal itu, Corporate Secretary PT Bank BNI Tbk Ryan Kiryanto mengatakan keputusan Rapat Dewan Gubernur BI menaikkan suku bunga acuan itu sudah sesuai perkiraan ekonom.

"Itu merupakan keputusan yang tepat terutama terkait timing-nya. Kenaikan 25 bps dari 4,25% menjadi 4,5% untuk menstabilkan perekonomian, mengantisipasi pelemahan likuiditas global, dan menjaga data tahan rupiah di saat terjadi ketidakpastian pasar keuangan global merupakan respons yang jitu dan cermat," ujar Ryan, melalui keterangan tertulisnya, Kamis (17/5).

Ketiga tujuan tersebut memang menjadi concern Bank Indonesia, pemerintah dan pelaku usaha. Maka pasar pun bereaksi positif atas keputusan RDG BI karena keputusan itu sudah sesuai dengan ekspektasi pasar, terutama untuk mengantisipasi langkah the Fed yang bakal agresif menaikkan Fed Fund Rate (FFR), setidaknya tiga kali tahun ini.

Kenaikan BI7DRRR 25 bps itu menunjukkan sikap BI yang percaya diri sekaligus prudent dalam menyikapi dinamika eksternal yang masih akan berlanjut setidaknya hingga akhir semester 1 tahun ini.

Keputusan BI tersebut juga boleh diartikan bahwa Bank Indonesia selalu ada di pasar sehingga kebijakan dan keputusan yang diambil sudah mempertimbangkan berbagai aspek dan variabel.

"Perbankan tentu harus menyikapi keputusan RDG BI tersebut dengan cermat dan tepat, tapi tidak reaktif. Misalnya, bank-bank tidak harus latah ikut menaikkan suku bunga simpanan dan kredit," sebut Ryan.

Respons bank mungkin beragam, ada yang menaikkan suku bunga, ada juga yang tidak menaikkan bunga, bergantung pada likuiditas bank dan struktur dana pihak ketiganya.

"Sekarang yang dibutuhkan adalah efektivitas kebijakan fiskal guna menjadi stimulus penggerak investasi dan sektor riil sehingga permintaan kredit meningkat. Itulah skenario atas kenaikan BI7DRRR tanggal 17 Mei 2018 ini," tutup Ryan. (X-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ahmad Punto
Berita Lainnya