Headline

Bansos harus menjadi pilihan terakhir.

Indonesia-Australia Perkuat Sinergi Tekfin

26/2/2018 09:05
Indonesia-Australia Perkuat Sinergi Tekfin
()

PELAKU usaha di industri teknologi finansial (tekfin) dari Indonesia dan Australia diharapkan semakin berkembang dalam mendorong inklusi keuangan di kedua negara. Potensi perkembangan tekfin sebagai instrumen pendorong inklusi keuangan pun terus didorong kedua pihak.

Salah satunya ialah melalui kerja sama dua penyedia jasa ruang kerja bersama (co-working space), Unionspace dan Stone & Chalk, dalam menyediakan wadah bagi pelaku bisnis tekfin di Indonesia maupun Australia. Keduanya siap memberikan dukungan kepada industri tekfin di masing-masing negara.

CEO Unionspace Albert Goh menjelaskan bentuk dukungan yang diberikan kepada pelaku bisnis tekfin di kedua negara ialah dengan memberikan akses untuk menggunakan co-working space di lokasi yang dimiliki kedua pihak. Lokasi co-working space milik Unionspace maupun Stone & Chalk tersebar juga di beberapa negara Asia Tenggara lain.

"Selain itu, kami akan bersama-sama menghubungkan anggota kepada perusahaan pemberi modal atau venture capital agar bisa melakukan tender dan mendapatkan pendanaan. Hal ini dimaksudkan agar semua anggota dapat membangun jaringan di negara yang dikunjungi," kata Albert di Jakarta, Jumat (23/2).

CEO Stone & Chalk Alex Scanndura berharap kerja sama tersebut dapat memberikan manfaat terhadap pelaku bisnis tekfin di Indonesia dan Australia. Scanndura juga berharap langkah itu akan diikuti negara-negara lain.

Di sisi lain, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) memang telah membuka investasi asing langsung sebesar 100% di sejumlah sektor, termasuk perdagangan daring (e-commerce) dan pasar daring (market place). Dengan pembukaan keran itu, BKPM berharap investasi yang masuk terus membesar.

"Pada tahun ini kami menargetkan investasi yang masuk mencapai Rp765 triliun. Ada peningkatan target dari tahun lalu yang hanya Rp678,8 triliun," ujar Deputi Pengembangan Iklim Penanaman Modal BKPM Farah Ratnadewi Indriani dalam acara Indonesia Investment Outlook 2018.

Farah menjelaskan bahwa investasi asing 100% di market place boleh dilakukan untuk nilai minimal Rp100 miliar. Kurang dari nilai itu, investasi hanya dibuka 49%. Investasi asing di e-commerce harus bermitra dengan usaha kecil dan menengah lokal.

Namun, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong menilai realisasi investasi di sektor-sektor yang sudah terbuka itu masih belum optimal. Pasalnya belum ada perbaikan prosedur perizinan di kementerian dan lembaga yang mendukung kebijakan itu. (Gnr/Ant/S-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya