Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
PEREKONOMIAN Indonesia memasuki level baru dalam ranah percaturan global. Produk domestik bruto (PDB) Indonesia diprediksi telah menembus US$1 trillion pada 2017.
Dengan capaian PDB sebesar itu, Indonesia masuk kelompok Trillion Dollar Club yang saat ini baru diisi 15 negara. Masuknya Indonesia berarti menjadikan klub negara ini diisi 16 negara.
Istilah Trillion Dollar Club merupakan sebutan tidak resmi yang disematkan kepada negara-negara yang memiliki PDB di atas US$1 trillion. Hingga tujuh tahun terakhir, jumlah negara yang masuk klub tersebut terus berada di level 15 negara.
Indonesia sebenarnya memiliki potensi untuk masuk menjadi negara berpendapatan domestik bruto US$1 trillion pada 2012 dan 2013. Namun, karena adanya gejolak kurs, besaran PDB Indonesia stagnan berada di level US$922 miliar. Indonesia menjauhi level US$1 trillion setelah itu karena PDB-nya hanya mencapai US$890 miliar pada 2014 dan US$860 miliar di 2015. PDB Indonesia beranjak naik menuju kisaran US$900 miliar pada 2016, tepatnya US$930 miliar. Diperkirakan pada 2017 lalu, PDB Indonesia mencapai US$1,01 trillion.
Setelah masuknya Indonesia ke jajaran 16 negara papan atas itu, sejumlah pekerjaan rumah masih menanti. Pembangunan infrastruktur perlu terus digencarkan agar pertumbuhan ekonomi lebih tinggi bisa tercapai.
“Untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, gap (kesenjangan) infrastruktur baik fisik dan non fisik, perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah,” ujar ekonom Bank Permata Josua Pardede kepada Media Indonesia, kemarin.
Seperti diketahui, stok infrastruktur atau infrastruktur riil yang beroperasi di Tanah Air baru mencapai 38% terhadap PDB. Besaran itu jauh di bawah rata-rata global, yakni 70%.
Seiring dengan gencarnya pembangunan infrastruktur terutama dalam mendukung kelancaran arus logistik dan orang, pemerintah pun harus memberikan dukungan bagi investor berorientasi ekspor yang juga menyerap banyak tenaga kerja.
“Segera realisasikan pusat-pusat industri yang sesuai dengan keunggulan komparatif tiap wilayah.Sektor komoditas bisa picu pertumbuhan ekonomi. Namun, daya dorongnya bersifat siklikal,” tambah ekonom Bank Central Asia David Sumual.
Perbaiki SDM
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Ari Kuncoro mengingatkan upaya memacu PDB yang lebih besar tidak boleh mengesampingkan aspek sumber daya manusia (SDM).
Pemerintah harus mendorong kualitas SDM dalam menghadapi arus globalisasi berikut dampak digitalisasi ekonomi. Apabila SDM domestik berkualitas, produktivitas nasional pun meningkat.
“Pasar tenaga kerja dari kemampuan SDM harus diperbaiki. Pendidikan vokasi bidangnya banyak yang bersifat generik atau terlalu umum. Jadi pasar tenaga kerja kurang fleksibel, sulit dipekerjakan di sektor industri misalnya,” tandasnya.
Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan guna bisa menikmati manfaat pertumbuhan ekonomi global, transformasi ke manufaktur mutlak dilakukan. (Ant/E-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved