Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

Government Shutdown hanya Berdampak Kecil

(Try/E-3)
24/1/2018 01:32
Government Shutdown hanya Berdampak Kecil
(ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

BANK Indonesia (BI) meyakini berhenti beroperasinya sebagian layanan publik di Amerika Serikat (AS) alias shutdown sebagai imbas belum disepakatinya anggaran pemerintah oleh Senat AS hanya berdampak kecil dan sementara ke Indonesia. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, setelah shutdown, tidak semua layanan dari pemerintah AS berhenti beroperasi. Pemerintah dan Senat AS juga tidak akan membiarkan shutdown tersebut terjadi lama. “Karena kalau shutdown juga bukan berarti seluruh institusinya berhenti, tapi hanya sebagian dan itu di tingkat federal,” ujarnya di Kantor Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Jakarta, Selasa (23/1).

Shutdown tersebut bukan yang pertama kali terjadi di AS. Tercatat, shutdown di era pemerintahan Presiden Donald Trump ialah yang kesembilan kali. Namun, saat disinggung mengenai dampaknya terhadap ekspor Indonesia ke AS, Agus enggan berkomentar banyak. “Saya secara umum tidak bisa berkomentar banyak, tetapi saya menyakini bahwa di AS para pemangku kepentingan tahu bahwa ini bukan sesuatu yang baik untuk ada government shutdown,” ungkap Agus. Pemerintah AS resmi menghentikan operasi layanan publiknya sejak Jumat (19/1). Kondisi tersebut terjadi lantaran rancangan undang-undang (RUU) anggaran belanja darurat yang diajukan Partai Republik tidak dapat disahkan lantaran tidak mencapai dukungan 60 suara.

Sementara itu, Chief Market Strategist FXTM Hussein Sayed menyatakan government shutdown yang terjadi di AS sepertinya tidak berpengaruh pada pasar finansial. Investor, menurut dia, tidak terlalu khawatir atas dampaknya terhadap investasi.
“Aksi harga di sebagian besar kelas aset menyiratkan pasar finansial semakin kebal menghadapi drama politik AS,” tutur dia.

Namun, ia tidak menampik government shutdown tersebut mungkin dapat memberikan dampak terhadap pertumbuhan ekonomi lantaran terjadi penurunan belanja. Akan tetapi, dampaknya terhadap PDB sangat bergantung pada durasi penutupan itu sendiri.
“Menurut Standard & Poor’s, terakhir kali pemerintah AS mengalami shutdown pada 2013 selama 16 hari. Ekonomi AS harus kehilangan US$24 miliar. Dengan kata lain, PDB kuartal pertama dapat menurun sekitar 0,3% rata-rata untuk setiap pekan pemerintah mengalami shutdown,” ungkap Sayed melalui rilis yang diterima Media Indonesia, kemarin. (Try/E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya