Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
BERDASARKAN hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang digelar Senin (22/1) malam, stabilitas sistem keuangan pada triwulan IV 2017 dinyatakan dalam kondisi normal. Dengan begitu, pemerintah optimistis terkendalinya makroekonomi dan sistem keuangan mendukung momentum pertumbuhan ekonomi nasional. “Hal ini juga ditopang resistensi atau daya tahan perekonomian yang kian membaik,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers di kantornya, Selasa (23/1). Sri mengatakan momentum pertumbuhan ekonomi yang berlanjut ditandai dengan tingkat inflasi yang rendah sesuai target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2017 sebesar 4,3 % dengan realisasi 3,6 %. Selain itu, neraca transaksi berjalan juga dalam kondisi sehat. Begitu pula aliran masuk modal asing tergolong stabil. Nilai tukar tupiah terhadap dolar AS pun terjaga, serta cadangan devisa yang menguat.
Demikian halnya dengan kebijakan fiskal yang relatif stabil, dengan defisit anggaran dan desifist keseimbangan primer yang lebih rendah daripada target APBN-P 2017. “Kondisi perekonomian yang membaik juga didorong kinerja perbankan dan pasar modal, tren performa surat berharga negara (SBN) yang positif, kecukupan dana penjaminan simpanan, serta persepsi investor yang positif terhadap prospek perekonomian Indonesia ke depan,” imbuhnya. Lebih lanjut, dia menyatakan KSSK tetap mengoptimalkan bauran kebijakan dari sisi fiskal, moneter, makro dan mikroprudensial, serta pasar keuangan. Itu dilakukan dalam menjaga momentum perekonomian dari tantangan yang dapat mengganggu kesinambungan dan stabilitas sistem keuangan.
Ke depan, KSSK turut mencermati sejumlah tantangan yang berpotensi memengaruhi stabilitas sistem keuangan, baik dari sisi eksternal maupun domestik. Dari sisi eksternal, KSSK mencermati rencana lanjutan kenaikan Fed funds rate (FFR) dan normalisasi neraca bank sentral AS, norma-lisasi moneter negara maju, moderasi pertumbuhan (rebalancing) ekonomi Tiongkok, dan dinamika konflik geopolitik.
Cermati bitcoin
Dari sisi domestik, KSSK mencermati tantangan seperti dampak kenaikan harga minyak dunia terhadap inflasi atau subsidi energi, aliran dana nonresiden pada pasar keuangan, dan tingkat permintaan kredit yang belum sepenuhnya pulih.
“Kami juga memperhatikan persepsi pasar terhadap kondisi politik menjelang pilkada (pemilihan kepala daerah) serentak tahun 2018 dan Pilpres (Pemilihan Presiden) 2019, termasuk mencermati perkembangan mata uang virtual seperti bitcoin,” jelas Sri.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menambahkan penguatan fundamen ekonomi dan reformasi struktural menjadi kunci untuk menjaga stabilitas domestik dari risiko eksternal tahun ini seperti rencana kenaikan suku bunga dan normalisasi pengurangan neraca The Federal Reserve.
BI, kata Agus, juga tidak akan segan-segan menyesuaikan kebijakan suku bunga acuan dan nilai tukar jika derasnya tekanan eksternal mengharuskan perubahan kebijakan itu. “Tapi kalau fundamen ekonomi kita kuat, tentu kita tidak perlu menyesuaikan suku bunga acuan atau nilai tukar,” ujar dia. (E-2))
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved