Harga BBM tidak bakal Naik meski Harga Minyak Melonjak

MENTERI Keuangan Sri Mulyani memastikan sejauh ini pemerintah masih berpedoman terhadap Undang-Undang APBN 2018 dalam menyikapi deviasi antara asumsi Indonesian crude price (ICP) dan pergerakan harga minyak dunia. Untuk diketahui, perkembangan terakhir harga minyak dunia mendekati level tertinggi dalam tiga tahun terakhir, yakni di kisaran US$70 per barel. Sementara itu, asumsi harga minyak pada APBN 2018 hanya sebesar US$48 per barel. Menurut Sri, dampak kenaikan harga minyak dunia terhadap penerimaan negara terkait dengan aspek perpajakan ataupun penerimaan negara bukan pajak masih memberikan kontribusi surplus. Berdasarkan kalkulasi pemerintah, setiap kenaikan harga ICP sebesar US$1 per barel memiliki dampak meningkatkan penerimaan dalam APBN sebesar Rp0,7 triliun. Itu dengan catatan belanja negara mengenai subsidi energi masih sesuai ketentuan dalam APBN.

“Adanya deviasi antara asumsi di APBN dan harga yang terjadi di pasar. Dalam hal ini yang dibahas ialah dampaknya ke APBN dulu karena sebagai instrumen fiskal. Dari kenaikan harga minyak, kita masih mendapatkan surplus,” tutur Sri di Jakarta, kemarin.
Di sisi lain, beban subsidi energi yang ditanggung Pertamina dan PLN meningkat, lebih tinggi daripada yang dianggarkan pemerintah dalam APBN. Namun, pemerintah ingin mempertahankan kredibilitas APBN. Karena itu, kata Sri, pemerintah akan membayarkan sisa kekurangannya setelah audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan dan mempertimbangkan kemampuan keuangan negara.

“Dari sisi belanja subsidi akan dilakukan mekanisme akuntabilitas yang baik mengenai siapa pada akhirnya menanggung berapa, dan kami lihat dalam satu tahun ini Undang-Undang APBN tidak mengindikasikan adanya perubahan (harga BBM),” tambah dia. (Tes/E-2)