Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
PENYEBAB rendahnya pertumbuhan kredit pada tahun ini yang hanya akan mencapai 8% hingga 10% mulai mendapat titik terang.
Permintaan kredit pada kelompok yang layak mendapat kredit memang rendah.
Hal ini juga tecermin dari tingginya kredit perbankan yang teronggok di perbankan.
Jumlah kredit mengganggur (undisbursed loan) berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per September 2017 mencapai Rp1.400 triliun.
Ini berarti mendekati sepertiga dari total kredit yang disalurkan per September 2016, yaitu Rp4.527 triliun.
Pertumbuhan kredit menganggur bahkan melebihi pertumbuhan penyaluran kredit itu.
Bila kredit menganggur tumbuh 9,62% secara year on year, pertumbuhan penyaluran kredit hanya 8,18% per Oktober 2017.
"Padahal, bank-bank sudah punya kapasitas untuk menyalurkan kredit, tapi tidak kunjung terealisasi," kata Deputi Komisioner Pengaturan dan Pengawasan Terintegrasi OJK Imansyah di Jakarta, kemarin.
Sejumlah pihak memang telah memprediksi kucuran kredit masih lambat karena perbankan dan debitur masih melakukan konsolidasi sehingga setiap pihak menahan diri untuk tidak mengucurkan ataupun menarik kredit.
Proses konsolidasi diperkirakan berakhir pada akhir tahun ini.
OJK masih merasa yakin pengucuran kredit hingga akhir tahun akan makin bertambah sebab perbankan juga berkepentingan meraih laba sesuai dengan target.
Angka kredit yang rendah akan mengganggu pencapaian laba perbankan yang saat ini secara konsolidasi terus merosot.
Perbankan berada dalam posisi yang dirugikan dengan adanya kredit menganggur ini.
Sebabnya, seharusnya mereka mendapat pendapatan bunga kredit.
Namun, karena kredit hanya teronggok di bank, mereka hanya bisa memungut commitment fee yang jauh di bawah bunga kredit.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved