Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
SUGIARTO tidak menyangka bakal memperoleh uang puluhan juta rupiah dan memeroleh piagam dari Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri). Warga transmigran asal Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, itu sehari-hari ialah petani sawit di Desa Tidar Kuranji, Kecamatan Maro Sebo Ilir, Kabupaten Batang Hari, Jambi. “Saya selalu ngopeni (merawat) kebun saya sesuai dengan arahan perusahaan. Kalau disuruh dibersihkan, ya, saya bersihkan. Kalau disuruh dipupuk, ya, saya pupuk. Pokoknya saya ngikut saja,” ujarnya seperti dilansir Antara, kemarin.
Berkat ketekunan merawat tanamannya, berat tandan buah segar (TBS) sawit yang dipelihara Sugiarto mampu mencapai 85,02 kg. Padahal, buah sawit muda yang berusia 2-3 tahun hanya 5 kg per tandan, sedangkan buah dewasa sekitar 80 kg per tandan, tetapi rata-rata di bawah 40 kg per tandan.
Tidak mengherankan buah sawit jumbo milik petani asal Jambi itu dinobatkan sebagai TBS terberat 2017 oleh Muri. Selain piagam, Sugiarto berhak mendapat uang pemeliharaan kebun senilai Rp10 juta, yang diterimanya pada acara 13th Indonesian Palm Oil Conference and 2018 Price Outlook di Nusa Dua, Bali, pertengahan pekan lalu.
Sugiarto mengaku memiliki 2 hektare (ha) kebun sawit, pemberian pemerintah. Kebun tersebut ditanami sawit dengan menggunakan benih pemberian perusahaan. Saat ini, dari 2 ha kebun sawitnya, rata-rata tiap bulan menghasilkan TBS sebanyak 6 ton. Sementara itu, harga untuk setiap 1 ton TBS Rp1,7 juta. Jadi, dalam sebulan, dia mengantongi uang sekitar Rp10 juta. Ketua Umum Gapki Joko Supriyono mengatakan kompetisi itu bertujuan merangsang petani plasma agar bisa meningkatkan produktivitas kebun. “Ini merupakan upaya kami untuk memberikan semangat kepada petani agar giat memelihara kebunnya,” katanya. (E-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved