Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengklaim industri perbankan, termasuk bank-bank besar penguasa pasar, sudah mulai menurunkan bunga kreditnya untuk seluruh segmen, dan perlahan akan mendorong ke arah rezim bunga rendah. Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso di Jakarta, kemarin mengatakan pihaknya terus mengawasi pergerakan suku bunga dana dan kredit perbankan. Diakui dia, bank masih membutuhkan waktu agar suku bunga kredit dapat mendekati suku bunga acuan Bank Indonesia (7-day reverse repo rate), atau suku bunga untuk transaksi repo bertenor tujuh hari.
“Kami monitoring terus. Dan sudah mulai penurunan suku bunga kredit, namun masih perlu waktu untuk seperti besarnya penurunan suku bunga dana dan suku bunga acuan,” ujarnya seusai Seminat Industri Keuangan Syariah dan Pemerataan Perekonomian.
Wimboh mengatakan pihak-nya sudah meminta agar perbankan segera merespons transmisi dari penurunan suku bunga acuan BI yang sudah turun delapan kali sejak Desember 2015 atau total sebesar 2%. Namun, perbankan juga, kata dia, memang harus mempertimbangkan ongkos operasional, risiko premium dan cadangan likuiditas sebelum memangkas suku bunga kreditnya. “Suku bunga itu repricing-nya setahun sekali dan ini pelan-pelan sudah turun,” ujar Wimboh.
Transparansi penghitungan
Terkait usulan Menko Perekonomian Darmin Nasution agar OJK membuat benchmark (acuan) suku bunga kredit untuk perbankan, Wimboh mengatakan hal yang pertama harus dilakukan adalah mendorong transparansi perbankan dalam menghitung komponen pembentuk biaya bunga kredit. Setiap perbankan, kata dia, memiliki besaran komponen pembentuk biaya bunga kredit yang berbeda. “Jadi suku bunga kredit itu berapa, suku bunga deposi-tonya berapa. Biaya operasi, risk premium berapa, dan juga ongkos regulasi seperti reserve requirement berapa. Itu semua harus ditranparasikan agar benchmark bunga kredit ini berapa yang tepat,” ujar dia.
Di tempat terpisah, Bank Indonesia (BI) juga melihat saat ini secara rata-rata perbankan telah menurunkan bunga kredit. Namun, penurunannya memang tak seagresif suku bunga acuan BI karena masih terbebani biaya operasional. Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menuturkan biaya operasional perbankan di Indonesia saat ini mencapai 2,7% hingga 3,5% dari total pengeluaran perbankan. Maka dari itu, saat ini banyak bank menghimpun dana dari penerbitan obligasi di pasar modal, agar tidak kekurangan sumber pendanaan, dan biaya dana tidak membengkak.
Di sisi lain, Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) menilai penurunan suku bunga kredit akan menjadi kunci untuk mendo-rong pertumbuhan ekonomi domestik ke depan. Direktur LPPI Krisna Wijaya mengatakan inflasi yang diproyeksikan tetap rendah pada kisaran 3% hingga 4% pada 2017 dan 2018 akan membuat suku bunga acuan BI 7-day reverse repo rate tetap berada di level terendah. Namun, lanjut Krisna, penurunan reverse-repo akan semakin sulit dilakukan BI di masa yang akan datang. “Peluang untuk mendorong pertumbuhan hanya bisa dicapai dengan penurunan dari suku bunga pinjaman (lending rate),” ujar Krisna. (Ant/E-1))
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved