Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
KALANGAN pelaku industri otomotif menyambut baik rencana pemerintah menggenjot produksi mobil listrik mulai 2025 mendatang. Apalagi, dari seluruh brand mobil yang memasarkan produk di Indonesia, sebagian besar memang sudah memproduksi mobil listrik yang dipasarkan terutama di negara-negara maju, seperti Amerika dan Eropa. Agen pemegang merek (APM) mobil yang ada di Indonesia juga beberapa di antaranya sudah pernah menghadirkan mobil-mobil listrik di ajang pameran dan event-event khusus.
Bahkan PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (sekarang PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia/MMKSI) sejak 2008 sudah mendesak pemerintah untuk memberikan insentif keringanan perpajakan agar bisa menjual mobil listrik Mitsubishi i-Miev dengan harga terjangkau. Semangat APM Mitsubishi di Indonesia itu akhirnya terpaksa harus tertunda untuk sementara karena hingga kini belum ada aturan yang jelas yang membuat harga jual kendaraan sangat ramah lingkungan tersebut menjadi kurang masuk akal.
"Saat ini kami sedang berdiskusi (kembali) dengan Kementerian Perindustrian tentang bagaimana merea-lisasikan lingkungan yang lebih bebas emisi melalui teknologi mobil listrik (electric vehicle/EV). Sebagai pionir di teknologi EV, Mitsubishi Motors siap mendukung program pemerintah Indonesia," ujar Intan Vidyasari, Head of PR & CSR MMKSI, kepada Media Indonesia, Rabu (30/8).
Intan menambahkan, saat ini Mitsubishi telah menjual lebih dari 150 ribu unit EV dan PHEV (plug in hybrid electric vehicle) di seluruh dunia dan menjadi leader di segmen PHEV secara global.
"Kami sangat berharap dapat bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian untuk mempelajari bagaimana mengadopsi teknologi EV ini ke Indonesia. Detail selanjutnya akan kami sampaikan saat bentuk kerja samanya telah ditentukan," tutur Intan.
Tingginya harga jual kendaraan listrik saat ini akibat belum adanya skema aturan dan insentif yang jelas dari pihak pemerintah. Hal itu memicu munculnya anggapan bahwa kendaraan listrik hanya cocok diimplementasikan pada mobil-mobil mewah.
Dalam menanggapi itu, Deputy Director Marketing Communication PT Mercedes-Benz Indonesia Hari Arifianto mengatakan, "Saya pribadi berpendapat kebijakan terkait kendaraan listrik tidak bisa dilihat mewah atau tidak karena sebenarnya banyak pihak yang diuntungkan," ujarnya.
Namun, jika untuk diterapkan dalam waktu dekat, tambah Hari, memang mobil listrik akan lebih efektif untuk kendaraan mewah karena tidak ada constraint biaya dan charging point.
"Karena kebutuhan listrik untuk charge di rumah bisa terpenuhi mengingat pemiliknya dipastikan memiliki rumah dengan daya listrik di atas 2.200 watt."
Berkembang pesat
Industri kendaraan energi baru (NEV) meliputi teknologi hibrida (hydrid) dan listrik yang ramah lingkungan sudah diterapkan di sejumlah negara. Bahkan di Tiongkok, pertumbuhannnya sangat cepat dalam beberapa tahun terakhir. Menurut asosiasi industri di negara itu, hal tersebut ditunjukkan dengan pertumbuhan penjualan dan ekosistem industri yang membaik.
"Produksi dan penjualan NEV telah melampaui 1 juta unit, dengan tingkat pertumbuhan tahunan lebih dari 200%," kata Wakil Direktur China Association of Automobile Manufacturers (CAAM) Dong Yang, seperti dilansir Xinhua yang diwartakan Antara pada Sabtu (2/9) waktu setempat.
Dengan lebih dari 50% hasil produksi, penjualan, dan kepemilikan kendaraan berenergi baru di dunia pada 2016, Tiongkok kini menjadi pemimpin global dalam pengembangan NEV. (E-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved