Headline

Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.

Fokus

Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.

Biaya LRT Libatkan Perbankan dan Swasta

Jessica Sihite
05/8/2017 10:19
Biaya LRT Libatkan Perbankan dan Swasta
(ANTARA/SIGID KURNIAWAN)

PROYEK pembangunan light rail transit Jakarta-Bogor-Depok-Bekasi (LRT Jabodebek) akan memakan biaya sekitar Rp27 triliun.

Dari jumlah itu, Rp21,7 triliun untuk pembangunan prasarana dan sisanya untuk pengadaan sarana kereta dan teknologi.

Untuk total biaya tersebut, pemerintah membutuhkan pembiayaan dari perbankan sebanyak 70% atau hingga Rp19 triliun.

Nantinya, utang perbankan beserta bunganya dibayarkan PT KAI dari arus kas operasional LRT.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pembiayaan itu merupakan skema baru yang akan ditetapkan pemerintah.

Sebelumnya, seluruh pembiayaan pembangunan LRT Jabodebek akan ditalangi dahulu oleh perbankan dan kemudian baru APBN yang mengganti utang itu beserta bunganya yang diperkirakan mencapai sekitar Rp36,7 triliun.

"Kami sudah buat struktur pendanaan dengan model baru. Tim kami sudah bisa menghemat dengan struktur yang baru ini dan efisien. Jadi, di sini akan ada dana dari macam-macam," ucap Luhut saat meninjau proyek LRT Jabodebek di Cibubur, Jakarta, kemarin.

Dengan struktur pembiayaan yang baru, pemerintah menilai hanya akan mengeluarkan anggaran Rp26 triliun atau Rp10 triliun lebih hemat dari model yang lama.

Dana itu berasal dari penyertaan modal negara (PMN) kepada PT KAI dan PT Adhi Karya (persero) Tbk sebesar Rp9 triliun dan subsidi tiket penumpang selama 12 tahun yang sekitar Rp16 triliun-Rp17 triliun.

Ia yakin akan banyak perusahaan swasta yang mau ikut bergabung dalam pembiayaan LRT Jabodebek.

Pasalnya, tingkat pengembalian internal (internal rate of return/IRR) dianggap Luhut sangat menarik akibat dari pengadaan teknologi sistem moving block untuk persinyalan LRT.

Sistem moving block merupakan sistem persinyalan yang menghitung kedatangan antarkereta di stasiun berdasarkan perhitungan waktu, bukan jarak.

Dengan begitu, kedatangan kereta ke stasiun tidak akan terlambat dan penumpang terangkut lebih banyak.

"Dengan sistem yang dikembangkan pemerintah dari fixed block ke moving block, jumlah penumpang dari 260 ribu orang bakal meningkat menjadi 465 ribu orang per hari. Akibatnya, ada penghematan dilakukan dan IRR menjadi double digit."

Menurutnya, beberapa bank sudah mengajukan minat untuk bergabung dalam investasi di proyek transportasi itu, yakni Bank Mandiri, BRI, BNI, BCA, dan CIMB Niaga. Bahkan, perusahaan manajer investasi asal Amerika Serikat, BlackRock, juga sudah tertarik. "Mereka melihat proyek ini sangat bagus karena kami merinci sekali angkanya sampai tingkat IRR dan bunga 8,25% per tahun. Jadi ke depan, kita akan melihat infrastruktur itu banyak didanai swasta karena memang menarik dan bankable," tukasnya.

Subsidi berubah

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyebut ada kemungkinan subsidi tiket dari pemerintah berubah dari rencana sebesar Rp16 triliun-Rp17 triliun menjadi maksimal Rp19 triliun.

Subsidi itu bisa berubah sesuai kenaikan tarif dan jumlah penumpang per tahun.

Menurut Budi, subsidi maksimal Rp19 triliun selama 12 tahun dihitung dengan asumsi kenaikan tarif tiket 5% per tahun.

Adapun harga tiket LRT Jabodebek diperkirakan Rp12 ribu di tahun pertama beroperasi. (E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya