Headline
Reformasi di sisi penerimaan negara tetap dilakukan
Operasi yang tertunda karena kendala biaya membuat kerusakan katup jantung Windy semakin parah
KEMENTERIAN Perhubungan (Kemenhub) memastikan bakal membangun empat bandara perintis di Kalimantan Utara (Kaltara). Lokasi yang dipilih untuk dibangun ialah Long Bawang, Long Apung, Long Layu, dan Malinau bagian tengah. "Ini untuk mendukung aksesibilitas di wilayah tersebut karena daerah mereka tidak bisa dijangkau jalur darat," ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi seusai rapat dengan Gubernur Kaltara Irianto Lambrie di Gedung Kementerian Perhubungan, Jakarta, Senin, (24/7).
Nilai investasi untuk bandara tersebut diperkirakan mencapai sekitar Rp100 miliar. Pembangunan bandara itu akan menggunakan anggaran negara. Bisa saja, lanjut dia, menggunakan anggaran dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2017 atau APBN 2018. Menurut Budi, swasta biasanya tidak mau membangung bandara perintis lantaran pendapatan dari pembangunan bandara perintis kecil. Di samping membangun empat bandara perintis, menurut rencana, juga akan dibangun satu pelabuhan bertaraf internasional di Tanjung Selor. "Nantinya dari pelabuhan yang saat ini ada, kita pindahkan ke Tanjung Selor, Nunukan, yang lebih dalam. Tapi pembangunan akan memakan waktu tiga tahun dan baru dimulai tahun depan karena sekarang perencanaan."
Prospek investasi
Dengan pembangunan sejumlah infrastruktur itu, Budi opitmistis arus pembangunan dan investasi akan semakin deras masuk ke provinsi yang berbatasan dengan Malaysia itu. Senada, Gubernur Kaltara Irianto Lambrie mengatakan kecukupan infrastruktur diharapkan menarik lebih banyak investasi, khususnya terkait dengan proyek kawasan industri 25 ribu ha. "Kaltara sangat prospektif untuk investasi karena didukung SDA-nya yang sangat kaya. Kita punya batu bara, emas, migas, sungai yang banyak untuk listrik. Saat ini sudah terdapat beberapa investor seperti terkait proyek PLTA dan PLT uap dan batu bara," ungkapnya.
Menurut dia, Kaltara merupakan provinsi baru yang memiliki wilayah luas, penduduknya masih sedikit, tapi potensinya besar untuk investasi dan didukung sumber daya alam yang banyak. Kawasan seluar 25 ribu ha itu telah masuk Perpres 58 sebagai proyek strategis nasional. Kawasan itu akan dikembangan menjadi kawasan industri smelter, batu bara, dan oleochemical. "Saat ini sedang intensif diskusi dua kali pertemuan dengan investor asal Tiongkok, Shinsan Group, yang sudah bangun kawasan industri di Morowali. Mereka juga akan investasi di Kaltara, mereka pakai PLTU tahap pertama 1.000 Mw, kami siapkan kawasan 25 ribu hektare yang sudah masuk RTRW di Tanah Kuning," papar dia.
Kaltara juga sudah mulai membangun PLTA yang sangat besar di Kayan. Saat ini mulai dibangun bendungan pertama 900 Mw. Secara keseluruhan dalam waktu 25 tahun ke depan akan menghasilkan 9.000 ME dari 4-5 bendungan yang terbangun.
"Kemudian Hyundai dari Korea Selatan sedang studi kelayakan bangun PLTA 400-500 Mw di Malinau, termasuk Sarawak Energi Berhad bangun 1.300 Mw. Kalimantan Electricity itu akan bangun 7.000 Mw, tapi perlu waktu 20 tahun lebih, itu rencana-rencana besar, sehingga percepatan pemabangunan di pinggir sesuai Nawa Cita bisa direalisasikan dalam lima tahun," pungkas dia. (Ant/E-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved