Damai dengan Puasa

Ronal Surapradja
03/6/2019 07:55
Damai dengan Puasa
Ronal Surapradja(MI/Adam )

MENJELANG Hari Raya Idul Fitri masih saja ada api dalam sekam yang mengancam persatuan bangsa. Ini sebab dari bias kontestasi politik di tahun ini yang menorehkan luka bukan hanya bagi mereka yang 'bertarung', melainkan juga seluruh anak bangsa.

Banyak yang sudah lupa atau mungkin tidak memedulikan bahwa Ramadan yang seharusnya menjadi bulan yang penuh dengan kedamaian ini, malah diisi dengan kebencian. Bulan yang seharusnya berisi segala hal yang baik, malah dinodai pemuasan ambisi dan syahwat politik segelintir orang.

Sebagai manusia utama, ribuan tahun lalu Rasulullah telah berpesan mengenai semangat perdamaian. Begitu cintanya terhadap perdamaian dalam khotbah khususnya di Ramadan, beliau menggunakan kata 'annas' (manusia), bukan 'muslim'. Jadi, perdamaian ini berlaku universal untuk semua orang tanpa melihat perbedaan.

Di negara kita, jangankan kepada mereka yang berbeda, kepada yang sama pun tetap saja diributkan. Jadi, jika masih ada masyarakat Indonesia yang mengaku cinta dan pengikut Nabi Muhammad, tetapi masih menebar kebencian di bulan suci ini, perlu dipertanyakan ajaran Rasul yang mana yang ia ikuti?

Banyak di antara kita yang lebih mementingkan kesalehan ritual, tetapi melupakan kesalehan sosial. Amalan saleh sesungguhnya tidak hanya dimensi akhirat, tapi juga dimensi dunia. Tugas beratnya ialah bagaimana membumikan pengertian saleh tersebut sehingga tidak dipahami secara sempit. Sayangnya, justru banyak yang sengaja membuatnya tetap dipahami secara sempit sesuai dengan kepentingan kelompoknya saja.

Dalam Islam, kesalehan ritual dan kesalehan sosial merupakan suatu kemestian yang tak usah ditawar. Keduanya harus dimiliki seorang Muslim. Sebenarnya jika seseorang menjalankan dan mengerti apa yang dilakukannya dalam rangka mewujudkan kesalehan ritual atau individualnya, secara otomatis dia akan memiliki kesalehan sosial.

Jika tidak, rasanya ada yang salah dengan ibadahnya. Aneh rasanya jika ada yang begitu mencintai Tuhan, tapi begitu membenci manusia lainnya yang merupakan ciptaan-Nya.

Islam bukanlah agama individual. Ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad ialah agama yang dimaksudkan sebagai rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil alamin).

Perbedaan kita sesungguhnya tidak lebih banyak dari persamaannya. Perbedaan ialah rahmat dan perpecahan ialah laknat. Mari kita jadikan momen Ramadan tahun ini sebagai bulan penyucian badan dan rohani dari segala keburukan pemilu yang telah lalu. Mari bermaaf-maafan di Idul Fitri nanti. Sudahi permusuhan karena tangan yang mengepal tidak akan bisa bersalaman. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya
  • The Laper is Coming

    27/5/2017 15:20

    DARI judulnya, ini ialah pelesetan The Winter is Coming, dari serial TV

  • C’est Bon Pret

    27/5/2017 15:20

    Dalam bahasa Prancis, 'C'est bon pret' artinya 'itu bagus'. 'C'est bon pret' ialah judul lagu yang sedang saya tulis, bercerita tentang cebong dan kampret.

  • Belajar Khusyuk

    27/5/2017 15:20

    Karena khusyuk bukan kita ciptakan, tapi diberi langsung oleh Allah sebagai hadiah nikmat karena kita menemui-Nya.

  • Mensyukuri Kehilangan

    27/5/2017 15:20

    WAKTU itu saya sedang terkantuk-kantuk di atas sofa menikmati Minggu sore yang santai.

  • Belajar Bersama Anak

    27/5/2017 15:20

    TIDAK terasa sudah 15 tahun saya berkarier di dunia hiburan. Banyak yang menganggap saya sebagai orang sibuk, ya alhamdulillah artinya saya masih dianggap laku, hehe.

  • Beragama dengan Santai

    27/5/2017 15:20

    MUNGKIN ada yang baru membaca judul di atas langsung sewot.