Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

The Laper is Coming

(H-1)
05/5/2019 07:20
The Laper is Coming
Ronal Surapradja(MI/ADAM DWI)

DARI judulnya, ini ialah pelesetan The Winter is Coming, dari serial TV yang terkenal saat ini, Game Of Thrones. Saya bukan penonton setia serial itu, jadi saya tetap santai ketika beberapa lalu season 8 tayang perdana.

Padahal, banyak teman saya yang nge-fan berat pada serial itu, bahkan rela tidak masuk kerja pagi hari hanya demi menonton episode baru. Mereka begitu sakau, termasuk istri saya, hehehe.

Meski begitu, saya penasaran sehingga saya mencoba menontonnya. Ingin tahu mengapa orang sampai sebegitu hebohnya sama serial ini. Ternyata, intinya ialah segala peperangan, pengkhianatan, dan pengorbanan itu hanyalah untuk memperebutkan satu kursi yang bentuknya enggak bagus- bagus amat. Menurut saya, bentuknya lebih bagus kursi yang dijual di toko perabot asal Swedia itu, hehehe.

Banyak alasan mengapa suka dengan serial itu. Ada yang suka karena sudah baca bukunya, fisik pemainnya, plot yang tidak tertebak, tapi ada juga yang nonton supaya bisa ikutan ngobrol kalo temen-temen sedang pada ngomongin itu hehehe.

Jujur, jika dibandingkan dengan menanti season baru Game of Thrones, saya lebih tertarik menanti datangnya Ramadan. Mungkin seiring jatah usia yang semakin berkurang, rasanya gairah untuk menjadi orang yang lebih baik membuat saya laper.

Yes, the laper is coming!

Di Ramadan kali ini saya merasa sangat lapar untuk berperang dan berkorban demi singgasana di hari kemenangan nanti. Saya lapar untuk segera berpuasa sebaik-baiknya, lebih dari sekadar menahan lapar dan haus, seperti yang selama ini saya lakukan.

Memang selama ini saya selalu puasa tamat sebulan penuh. Tapi, ya gitu deh, saya enggak yakin sama puasa saya sendiri hehehe. Saya juga lapar untuk melakukan salat malam, tarawih, dan tahajud.

Beberapa tahun terakhir ini saya selalu terbangun sekitar pukul 02.00, tapi yang saya lakukan hanya melihat jam, sesekali ngecek HP, lalu kembali menarik selimut. Padahal, bisa jadi itu ialah cara Allah menyuruh saya bersujud di malam hari.

Saya juga lapar untuk memperbanyak sedekah di Ramadan kali ini. Selama ini, sedekah paling hanya dilakukan ketika salat Jumat atau jika sesekali salat berjemaah di masjid. Ya Allah, maafkan saya yang selama ini sering lupa bahwa rezeki saya ini sejatinya ialah pemberian dan titipan-Mu.

Lapar saya berikutnya ialah lapar untuk membaca Alquran. Saya malu terhadap anak saya yang bersekolah SD berbasis Islam, yang selalu menyempatkan membaca barang satu halaman Alquran sehabis salat. Hafalan suratnya pun lebih baik dari saya.

Pernah suatu hari ia memperbaiki bacaan surat yang salah ketika saya menjadi imam. Maafkan bapakmu ini nak, belum bisa menjadi contoh yang baik.

Dua lapar terakhir ialah iktikaf dan bertaubat.

Seingat saya, iktikaf atau berdiam di masjid saya lakukan terakhir puluhan tahun lalu, ketika saya masih kecil. Memang ada niat ibadah, yakni untuk salat malam dan mengaji. Namun, bercanda dan menyalakan petasan bersama teman sampai kemudian tertidur di masjid, itu menjadi daya tarik utama.

Lapar saya yang paling luar biasa ialah rasa ingin bertaubat. Dalam kajian yang rutin saya datangi, bahwa dalam Islam tidak dikenal dosa abadi. Semua dosa memiliki peluang untuk mendapatkan pengampunan dari Allah, kecuali syirik (menyekutukan Allah). Insya Allah yang ini mah, saya enggak.

Sang guru berkata, “Ada tiga hal yang membuat seseorang harus bertaubat kepada Allah, yaitu dosa-dosa, kurang bersyukur, dan kurang beribadah.” Waduh, kayaknya saya combo tiga-tiganya nih hehehe.

The laper is coming. Saya akan memuaskan rasa lapar ini sebulan penuh.Bismillah. (H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya