Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
JULI nanti saat musim panas di Eropa saya berencana melancong ke Inggris dan Spanyol untuk menyaksikan dua festival musik. Menyaksikan langsung pahlawan-pahlawan musik ialah salah satu kegemaran saya. Nah, ganjalannya saya masih belum dapat kepastian mengenai visa Schengen saya. Katanya kalau sudah sering ke luar negeri biasanya visa akan didapat, tapi selama paspor dan visanya belum di tangan saya masih belum bisa tenang. Sementara itu, tiket konser, tiket pesawat, penginapan semua sudah fix. Kalau visa sampai tidak keluar, bisa nangis saya.
Saya kira yang pernah bepergian ke negara yang membutuhkan visa pasti tahu bagaimana ribetnya mengurusi itu semua. Dari mulai mengisi formulir yang panjang, melampirkan akta lahir yang sudah diterjemahkan, menyertakan rekening keuangan tiga bulan terakhir, membeli asuransi perjalanan, menyertakan tiket pesawat dan penginapan, mengatur jadwal wawancara, sampai membayar biaya yang tidak murah. Bahkan, dengan segala tetek bengek tadi, bukan jaminan kita akan pasti mendapatkan visa.
Dalam dunia perpasporan ada rangking kekuatan paspor. ‘Kuat’ di sini berdasar jumlah negara yang memberikan akses bebas visa kunjungan pada negara tersebut. Jika kita menganggap negara besar seperti Amerika Serikat dan Inggris ialah pemilik paspor terkuat, itu salah. Dari rangking yang dikeluarkan Passportindex.org di 2018, negara dengan paspor terkuat di dunia ialah Singapura, kemudian Korea Selatan, disusul Jerman dan Jepang yang sama-sama di peringkat ke-3.
Dari penelitian Adam Luedtke, Douglas G Byrd, and Kristian P Alexander, yang diterbitkan menjadi jurnal berjudul The Politics of Visa, dijelaskan faktor-faktor yang berpengaruh pada kedudukan dan kekuatan visa.
Yang pertama faktor stabilitas negara. Yang kedua jumlah populasi karena ada ketakutan bagi pemberi visa kepada negara yang memiliki jumlah populasi penduduk besar. Ketiga kekayaan negara. Keempat kebebasan demokrasi di sebuah negara. Kelima faktor pendidikan dan kesehatan. Terakhir atau keenam tindakan terorisme dan kekerasan di sebuah negara. Dengan semakin seringnya terjadi kasus teror di negara kita, saya takut itu akan membuat peringkat kekuatan paspor kita melorot.
Harapan saya pemerintah bisa meningkatkan hubungan bilateral dengan banyak negara selain tentu saja meningkatkan kesejahteraan warga sehingga makin banyak negara yang percaya untuk memberikan free visa atau visa on arrival kepada pemegang paspor Indonesia.
Tidak sabar rasanya memegang paspor dengan visa Schengen di tangan lalu menonton Depeche Mode di Madrid Juli nanti. Setelah itu, dengan senyum lebar saya akan menulis status di social media saya, ‘now I have seen everything’. (H-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved