Headline

Berdenyut lagi sejak M Bloc Space dibuka pada 2019, kini kawasan Blok M makin banyak miliki destinasi favorit anak muda.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Pay it Forward

Ronald Surapradja
11/6/2018 08:38
Pay it Forward
(MI/Rommy Pujianto)

WAKTU menunjukkan pukul 23.05 saat saya baru saja mendarat di atas kasur. Seperti biasa sebelum tidur saya menyalakan TV sebentar. Kali ini saya terhenti di sebuah saluran TV kabel yang memutar film box office. Judul filmnya Pay it Forward, film yang indah yang tidak pernah membosankan meski sudah sering saya tonton.

Kisahnya tentang Trevor anak berusia 11 tahun yang mendapat tugas dari gurunya untuk membuat sebuah proyek yang dapat mengubah dunia menjadi lebih baik.

Trevor memiliki ide yang sederhana, tapi genius, yaitu dia berbuat baik kepada tiga orang, dan masing-masing yang ditolong diharapkan dapat membalas kebaikannya bukan kepada dia (pay it back), melainkan kepada tiga orang lain dan seterusnya (pay it forward). Konsepnya seperti MLM, hanya produknya kebaikan.

Berbuat baik tanpa pamrih membutuhkan suatu sikap mental yang bertolak belakang dengan kebiasaan manusia sekarang. Mungkin banyak di antara kita yang berbuat baik karena ada alasan tertentu yang orientasinya kembali untuk kepentingan dirinya. Kita mau memberikan sesuatu asal kita mendapat imbalan, apa pun itu materi maupun nonmateri.

Susahkah untuk berbuat baik? Saya kira segala sesuatu akan mudah jika terbiasa. Ada beberapa tingkatan dalam berbuat baik. Yang pertama dan paling sederhana tidak mengganggu dan tidak menyusahkan orang lain. Yang kedua, melakukan hal yang bermanfaat untuk orang lain. Yang ketiga, berbuat hal yang lebih baik kepada orang yang telah berbuat baik.

Allah berfirman dalam QS An-Nisa 86. “Dan apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.”

Keempat sekaligus yang tersulit, membalas perbuatan buruk dengan kebaikan. Inilah tingkat paling tinggi dalam berbuat kebaikan. Kenapa kita butuh (dan harus) berbuat baik? Karena hakikatnya jika kita berbuat baik, berarti kita berbuat baik untuk diri kita sendiri. Janganlah pernah lelah menjadi orang baik yang selalu berbuat baik karena saat kita berbuat baik bisa jadi rezeki belum datang, tapi musibah sudah menjauh. Jika kita berbuat jahat, mungkin saja musibah belum datang, tapi rezeki sudah menjauh. (H-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya