Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
SORE itu syuting selesai cepat. Pikiran saya hanya satu, cepat pulang untuk berbuka puasa di rumah. Alhamdulillah, di Ramadan ini tawaran kerja lumayan banyak, on air maupun off air. Hal itu yang membuat saya jarang berbuka puasa di rumah.
Namun, pulang cepat dari tempat kerja tidak berarti bisa sampai cepat ke rumah karena di Jakarta ini yang harus diperhitungkan bukan hanya jarak tempuh, melainkan juga waktu tempuh. Akhirnya buka puasa pun di mobil.
Belum selesai kesal karena gagal buka puasa di rumah, terdengar suara tot-tot-tot-tot di belakang saya plus lampu rotator yang menyilaukan mata. Dari suara sirene dan warna lampunya, saya tahu itu mobil polisi. Setelah beberapa saat akhirnya ‘kemeriahan’ itu berlalu.
Akhirnya saya tahu mobil polisi itu membuka jalan untuk sebuah mobil pribadi yang mewah, yang jika dari dilihat pelat nomornya memiliki kode bahwa itu mobil pejabat. Saya yakin yang kesal bukan hanya saya. Pikiran mereka mungkin sama, ”Udah tau macet, pengen diduluin, berisik pula,” meski itu hanya diucapkan di dalam hati.
Untuk yang tinggal di kota besar, pengalaman seperti saya tadi mungkin pernah dialami. Di jalan pasti kita pernah memberi jalan untuk mobil polisi, ambulans, pemadam kebakaran, atau ya pejabat. Dari semuanya saya menempatkan posisi mobil pejabat di paling bawah. Enggak tahu bawaannya sering sewot aja, ha ha. Pikir saya, ”Bagaimana mau merasakan penderitaan rakyat yang kena macet kalau tidak pernah merasakan macet?”
Sebetulnya kalau yang minta jalan itu hanya mobil polisi, saya tidak terlalu masalah. Saya pasti berpikir mereka sedang tugas atau karena memang ada situasi darurat, jadi ‘ikhlas’ memberikan jalan. Nah, bagaimana kalau itu ambulans? Sudah pasti kita harus memberikan jalan karena ambulans yang membunyikan sirene dan menyalakan lampu pasti dalam keadaan darurat seperti membawa pasien kritis atau korban kecelakaan.
Hanya saja, waktu itu seorang teman yang kerja di rumah sakit sebagai seorang tenaga kesehatan bercerita ia pernah memakai ambulans dalam keadaan kosong, tapi tetap menggunakan sirene dan lampu rotator supaya jalan terbuka lancar. Ia bercerita dengan bangga karena menurutnya itu lucu. Oknum memang, tapi saya terkadang suka terpikir hal itu kalau ada ambulans lewat. Maafkan saya.
Nah, kalau ada sirene dan lampu mobil pemadam kebakaran hendak lewat, itu sudah pasti pasti saya langsung minggir.
Sebetulnya pada tau gak sih kode sirene dan warna lampu untuk kendaraan? Menurut saya, kita harus tau supaya bisa menyiapkan mobil memberi jalan untuk mereka lewat karena suaranya pasti sudah terdengar dan lampunya terlihat sejak jauh.
Teringat dalam sebuah perjalanan menggunakan bus di Eropa, saya berada dalam kemacetan di sebuah jalan antarnegara. Tidak seperti kemacetan Jakarta dengan mobil pepet-pepetan kadang sampai bersenggolan kaca spion, saya perhatikan mobil berbaris rapi dengan jarak antara mobil kiri dan kanan itu lumayan jauh hingga cukup dilewati satu mobil bahkan truk. Dari sang sopir saya tahu bahwa ini peraturan yang kemudian menjadi kesadaran mereka untuk memberi ruang jalan untuk polisi, ambulans, dan pemadam kebakaran jika terjadi keadaan darurat.
Ah, kita masih harus banyak belajar dari mereka. Mungkin kita hanya memberi jalan, tapi sebenarnya kita sedang membantu menyelamatkan nyawa.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved