Headline

Tingkat kemiskinan versi Bank Dunia semakin menjauh dari penghitungan pemerintah.

Fokus

Perluasan areal preservasi diikuti dengan keharusan bagi setiap pemegang hak untuk melepaskan hak atas tanah mereka.

Fan Cap Bango

Ronal Surapradja
29/5/2018 15:07
Fan Cap Bango
(MI/ROMMY PUJIANTO)

HARI itu, pada saat saya ulang tahun, 26 Mei, saya nonton bareng final Liga Champions antara Liverpool melawan Real Madrid di sebuah kafe dengan dua sahabat yang merupakan suporter Liverpool. Sejak pertama berkenalan saat kuliah saya tahu mereka Kopites sejati. Inisiatif nobar datang dari saya. Alasan saya satu, saya ingin melihat ekspresi kebahagiaan mereka saat melihat para pemain Liverpool mengangkat trofi 'si kuping lebar'.

Di tempat itu fan Liverpool mendominasi secara jumlah. Seusai menyanyikan lagu You'll Never Walk Alone dengan khidmat sebelum pertandingan dimulai, teman saya bercerita saat umrah bulan lalu di multazam Kabah. Dia berdoa Liverpool bisa jadi juara Liga Champions. Namun, mereka kalah 1-3 dengan dua gol yang seharusnya tidak boleh terjadi di pertandingan level final Liga Champions. Langsung #2019LiverpoolGantiKiper jadi trending topic.

Wajah sendu dan mata berkaca-kaca itu yang saya lihat dari mereka saat pertandingan usai. Kecewa pasti, sedih sudah jelas. Namun, apakah mereka akan mengganti klub dengan yang lebih sering juara? Saya bisa menjamin mereka akan berkata, tidak! Itulah filosofi dari You'll Never Walk Alone atau singkatnya ditulis #YNWA. "If you can't support us when we lose or draw, don't support us when we win", demikian Bill Shankly manajer legendaris Liverpool pernah berkata. Menjadi glory hunter atau hanya menjadi pendukung klub yang sedang jago main, banyak menang dan sering juara, ialah hak pribadi. Namun, kegiatan kutu loncat seperti ini tidak mendapat respek dari mereka yang hanya mendukung satu klub, apa pun kondisinya.

Orang Indonesia mendukung klub lokal ialah kewajaran. Biasanya karena faktor geografis berasal dari daerah yang sama, atau karena faktor biologis karena mengikuti orangtuanya. Nah, kenapa orang Indonesia juga bisa begitu fanatik mendukung klub sepak bola luar? Berpuluh-puluh tahun lalu, faktor geografis menjadi satu-satunya alasan untuk mendukung klub tertentu. Misalnya kalau Anda tinggal di Liverpool, kemungkinannya Anda pendukung Liverpool, Everton, atau Tranmere. Jika tinggal di kawasan Manchester tentu saja ada United, City, Bolton, Oldham, dan Bury sebagai pilihan. Di Inggris,

Liverpool, adalah klub yang mampu meruntuhkan batas geografis. Klub inilah yang pertama merasakan manfaat televisi untuk meluaskan jaringan pendukung. Negara kita bahkan menjadi salah satu pangsa besar merchandise sepak bola. Masih terkait dengan kekalahan Liverpool, coba ketik 'Liverpool fan meme' di Google. Hasilnya begitu banyak yang bisa membuat fan Liverpool emosi hehe. 'Penderitaan' selalu menjadi ide untuk berpikir kreatif, apalagi jika itu penderitaan orang lain hehe. Namun, saya akan selalu respek kepada mereka yang tidak pernah berganti klub yang didukung apa pun yang terjadi. When you start supporting a football club, you don't support it because of the trophies, or a player, or history, you support it because you found yourself somewhere there; found a place where you belong. (H-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya