Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
SETELAH mengotak-atik jadwal kerja (dan tidur) akhirnya bisa juga saya menonton film Deadpool 2 di bioskop. Sebelum menonton saya menitipkan dulu dua anak saya di rumah nenek karena selain saya dan istri butuh me time, film ini bukan buat anak-anak.
Dari Imdb, rating-nya R atau restricted yang jika kita melihat penjelasannya dari The Motion Picture Association of America (MPAA), film rating system mewajibkan anak di bawah 17 tahun dibimbing orangtua dan orangtua wajib mempelajari film sebelum mengajak anak menonton.
Tayangan berbau kekerasan memang sulit dipisahkan dari industri hiburan. Lahan ini begitu diminati banyak orang sehingga menjadi sarana untuk mencari penghasilan bagi para produser, studio film/TV, dan sutradara. More action, more blood, more money. Sulit untuk mencari siapa yang harus bertanggung jawab. Namun, satu hal yang pasti bahwa tayangan ini berdampak besar khususnya pada anak. Orangtua selayaknya meminimalkan pengaruh tayangan tersebut.
Dari beberapa literatur yang saya baca, anak yang terbiasa menyaksikan tayangan dewasa (verbal, fisik, dan seksual) akan terpengaruh secara psikologis. Mereka cenderung memandang dunia sebagai tempat yang kurang simpatik, berbahaya, dan menakutkan. Anggapan negatif terhadap dunia luar ini lama-kelamaan dapat menumbuhkan sikap dan kepribadian agresif pada anak.
Dengan melihat banyak adegan kekerasan, rasa takut bisa melingkupi anak dan yang lebih berbahaya jika si anak menjadi berpikir bahwa kekerasan hal yang biasa. Rasa empati anak bisa menurun saat melihat perilaku kekerasan di sekitarnya.
Bahkan, anak juga bisa melakukan aksi kekerasan karena merasa kekerasan bukan hal yang buruk untuk dilakukan. Yang ditakutkan kelak anak akan menjadi probadi yang antisosial, atau yang sering disebut dengan sosiopat atau psikopat.
Individu pengidap psikopat tidak memiliki rasa penyesalan dan bersalah atas perbuatannya terhadap orang lain, juga rasa tanggung jawab yang hampir nol besar. Duh, ngeri juga ya? Memang ini bukan satu-satunya penyebab, tapi setidaknya jika kita memahami asupan tontonan yang baik buat anak, kita akan meminimalkan dampak negatif terhadap perkembangan kejiwaan.
Biarlah anak saya tidak pernah tahu cerita Deadpool. Saya ingin dia memiliki jiwa yang sehat karena hanya menonton tayangan yang sesuai dengan usianya. Jika Anda tidak setuju, ya tidak apa-apa, karena saya sempat menulis hal ini di Twitter dan ternyata ada yang menganggap saya lebay. Mahabenar netizen, dan saya berkeyakinan sebaik-baiknya tayangan buat anak ialah bukan hanya sebagai tontonan, melainkan juga tuntunan. (H-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved