Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Sakit Mata

Ronal Surapradja
27/5/2017 15:24
Sakit Mata
()

IDE menulis ini saya dapatkan ketika beberapa waktu lalu saya kena sakit mata.

Makin lama makin mengganggu karena terus berair dan menyebabkan pandangan buram.

Mata pun merah dan menyipit yang membuat ukuran mata saya tidak sama.

Saya pergi ke dokter mata dan diketahui kalau saya terkena konjungtivitis karena virus.

Saya berpikir masih beruntung terkena sakit mata ringan.

Mata yang sakit memang mata dalam arti sebenarnya, bukan sakit mata dalam arti kiasan seperti mata pencaharian dan mata hati.

Tapi justru itu yang banyak terjadi.

Alhamdulillah Allah masih sangat baik kepada saya sehingga tidak merasakan sakit mata pencaharian.

Kalau soal capek, ya kerja apa sih yang tidak capek?

Tapi saya berpikir lebih baik capek karena kerja daripada capek enggak punya kerja.

Setiap saya ingin berhenti, hati suka meminta untuk berjuang lagi dan logika berkata, "Masak cuman segini?"

Jadi, saya kembali.

Benar kata orang bijak bahwa kita jangan berhenti karena lelah, tapi berhentilah di saat kita sudah menyelesaikannya.

Nah, yang berikutnya sakit mata hati. Wah, saya enggak berani bilang saya enggak punya sakit ini, saya manusia biasa juga kok, he he he.

Satu-satunya yang terhindar sakit mata hati itu hanya Rasulullah SAW yang hatinya dibersihkan malaikat Jibril saat beliau kecil.

Manusiawi banget sih kita punya sakit mata hati seperti iri dan dengki, takabur, ria, kikir, dan ujub (membanggakan diri sendiri).

Tapi, ya, masak mau dipelihara terus?

Iri dan dengki ini sahabat karib, biasanya mereka satu dalam paket hemat.

Singkatnya ini ialah sifat yang 'susah lihat orang senang, senang lihat orang susah'.

Tapi, ya, itu dia, meskipun kita sudah berusaha menghindarinya, ada kalanya dia mampir ya kan? he he he.

Takabur

Lalu takabur bin sombong.

Dengan pekerjaan saya yang sering ada di media membuat saya dan teman-teman seprofesi sering dicap ini.

Ada ibu-ibu yang tiba-tiba berkata, "Sombong banget sih, Mas, jadi artis. Foto dulu dong, Mas, sama saya," lanjut si ibu itu.

Duh, ibu, kalau mau minta foto doang, sih, enggak perlu bilang sombong sebagai kalimat pembuka kali.

Atau mungkin karena wajah saya?

Duh, ya maafkan ini memang setelan dari sononya, ha ha ha.

Berikutnya ria atau pamer.

Sebetulnya tidak ada yang tahu seseorang itu ria selain dirinya sendiri dan Allah SWT.

Orang lain hanya bisa berasumsi dan memberikan persepsi.

Misalnya ada teman yang posting foto dia sedang umrah.

Mungkin saja dia ria, tapi mungkin saja dia sedang berbagi rasa syukur kita tidak pernah tahu.

Kita anggap motivasi saja biar kita bisa seperti dia, daripada jadi iri, dengki, atau gibah?

Malah jadi dosa buat kita kan?

Sakit mata dalam arti sebenarnya dan sakit mata pencaharian memang tidak enak, tapi sakit mata hati itu yang paling bahaya.

Sayup-sayup saya dengar lagu Tombo Ati di radio, saya dengarkan baik-baik liriknya dan saya menemukan obat dari sakit mata hati.

'Obat hati ada lima perkaranya. Yang pertama baca Quran dan maknanya.
Yang kedua salat malam dirikanlah. Yang ketiga berkumpullah dengan orang saleh. Yang keempat perbanyaklah berpuasa. Yang kelima zikir malam perpanjanglah. Salah satunya, siapa bisa menjalani, moga-moga Gusti Allah mencukupi'.

Semoga Allah SWT menempatkan Sunan Bonang, pencipta tembang itu, tempat terbaik di sisi-Nya. (H-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya