Headline
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.
Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.
DI sebuah area terbuka di Harapan Indah, Bekasi, Jawa Barat, sekelompok orang kerap berkumpul di akhir pekan dengan membawa parasut. Sekilas olahraga yang mereka lakoni mirip paragliding, tetapi terdapat baling-baling besar bermotor di bagian punggung. Dengan alat itu, mereka tampak mudah saja lepas landas meski daerah tersebut jelas bukan dataran tinggi. Di udara, mereka juga tampak menjelajah dengan lebih leluasa. Itulah olahraga paramotor. Dikenal di Indonesia
setidaknya sejak 90-an, olahraga ini terus diminati dan berkembang.
Salah satu penggemar setianya adalah Anwar Soerjomataram. Nama Anwar cukup terkenal di olahraga paramotor berkat konsistensi serta penjelajahannya di berbagai daerah. “Sampai sekarang pun saya masih rutin terbang di ketinggian ratusan meter,” terang Anwar kepada Media Indonesia, Selasa (10/1). Begitu gandrungnya ia pada olahraga itu karena sesuai dengan hobinya menikmati keindahan alam dari angkasa. Selain itu, pria yang memegang lisensi dari Federation Aeronautique Internationale (FAI) serta lisensi instruktur dari Association of Paragliding Pilots and Instructors (APPI) dan dari Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) ini menilai paramotor memiliki banyak manfaat untuk melatih mental dan fokus.
Tidak hanya itu, menurutnya, olahraga paramotor juga dapat bermanfaat besar bagi sektor pariwisata. Keindahan berbagai daerah di Nusantara dapat semakin terekspos dan dinikmati turis lewat olahraga ini. Anwar memahami benar hal itu karena sektor pariwisata pula yang menjadi alasannya me ngenal paralayang di 1995. “Karena saya juga punya bisnis pariwisata, saya pikir kenapa paramotor tidak sekalian dijadikan alat untuk menarik wisatawan,” kenangnya. Setelah mencoba sendiri berparalayang di Bukit Anyer, Anwar pun ketagihan.
Dari situ, ia terus menjajal cabang lainnya hingga kemudian kepincut paramotor. Anwar yang juga berparamotor di luar negeri beberapa kali diminta untuk membuka jalur wisata baru, termasuk di Sumatra Barat dan Lampung. Meski selalu terbang dengan aman, beberapa kali pula Anwar mendapat pengalaman menegangkan. Salah satunya saat terbang mengeli lingi anak Gunung Krakatau. “Karena merupakan gunung berapi aktif dan sering ada letusan kecil jadi cukup menegangkan,” ujarnya.
Praktis
Sama seperti Anwar, Taufik Nugraha yang sebelumnya mengawali hobi dari paralayang kini lebih sering berparamotor. “Saya sudah dari 2013 mencoba paramotor yang sebelumnya juga bermain paralayang. Namun, serunya paramotor itu karena bisa lebih independen ketimbang paralayang karena harus bermain di bukit, gunung, dan bahkan harus menghitung angin serta arahnya,” tutur Taufik. Selama tiga tahun berparamotor, Taufik sudah menjelajah langit Puncak, Subang, Bandung, Banyuwangi, hingga Bali. “Waktu terbang dari Majalengka ke Subang itu juga seru karena kita terbang di atas jalan tol dan ketika mau memasuki Subang itu kita harus menembus awan dan tidak terlihat apa pun. Juga waktu menyusuri selat Bali tempat kita bisa melihat daratan dan laut selama terbang,” kenangnya.
Di langit, Taufik pun mengibaratkan dirinya seperti burung yang bebas terbang ke mana pun pergi. “Ya itu menikmatannya, fly like a bird, bebas dan tidak ada halangan. Namun, tetap memacu adrenalin dalam tubuh kita,” tambahnya. Penggemar paramotor tidak hanya pria tetapi juga perempuan. Susi Melinda, yang juga murid Anwar, bahkan juga ikut berpartisipasi saat pemecahan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia terbang bersama para layang- paramotor- gantole yang diadakan TNI AU di Bali beberapa waktu lalu .
Anwar menjelaskan paramotor memang bisa dinikmati siapa saja tanpa perbedaan gender. Bagi pemula, penerbangan harus dilakukan bersama instruktur besertifikat. Mereka yang hanya ingin menikmati terbang wisata pun dapat ke tempat komunitas ini berlatih di Harapan Indah. Dengan membayar sejumlah biaya, masyarakat bisa merasakan nikmatnya menjelajah langit selama sekitar setengah jam. (M-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved