Headline
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.
DINA Chaerani, 20, mengisahkan tantangan yang dihadapi anak-anak Indonesia pada dunia. Namun, bukan cuma berwacana, Dina juga menggagas Gerakan Lapor Yuk! sistem pelaporan kasus kekerasan pada anak berbasis daring. Berkat kiprahnya yang berfokus pada kampanye pemenuhan hak anak, Mahasiswa Berprestasi Utama Universitas Negeri Jakarta ini mendapat pengakuan berikutnya. Ia masuk 16 besar Mahasiswa Berprestasi Nasional. Simak, ya, kisahnya!
Ceritakan dong, apa itu Plan International Indonesia dan aktivitas kamu di sana?
Ini adalah organisasi internasional pengembangan masyarakat dan kemanusiaan yang berpusat pada perlindungan dan pemenuhan hak-hak anak. Plan berdiri sejak 1969 di Indonesia. Saya telah bergabung sejak 2010 dengan melakukan aksi-aksi penyadaran dalam berbagai bentuk untuk membuka perspektif tentang dunia yang lebih baik dan ramah anak, terutama dengan memenuhi hak-hak dasar anak, yakni hak hidup, hak tumbuh kembang, hak perlindungan, dan hak partisipasi. Saya juga menjadi Duta Anti-bullying Plan selama 2010-2013.
Bullying kan sudah menjadi isu di kalangan anak-anak dan remaja, apa saja yang kalian lakukan?
Tema kampanyenya, Learn without fear yang disuarakan lewat kompetisi sepak bola perempuan. Selanjutnya, saya dan temanteman SMA/SMK di DKI Jakarta yang juga aktif di Plan merilis Buku Saku Antibullying yang child friendly dan colorful. Dari kegiatan ini, saya terpilih mewakili suara anak-anak Indonesia dalam forum PBB di New York 2013. Saya berpidato di Sidang Umum PBB mengenai pendidikan bagi anak perempuan atau girls education.
Proses apa saja yang harus kamu lalui untuk sampai ke forum PBB?
Saya mengikuti seleksi tahap regional, nasional, hingga internasional untuk bersaing dengan jutaan pemuda lainnya untuk meng ikuti kegiatan The International Day of the Girl: United Nations Youth Take Over. Ketika saya berada di United Nations General Assembly, saya terpilih untuk berpidato dan bertemu langsung dengan Sekjen PBB Ban Ki-moon dan ikon pendidikan bagi anak perempuan di dunia, Malala Yousafzai. Saya berbicara tentang pendidikan bagi anak perempuan dan tantangannya di dunia, khususnya Indonesia. Saya sangat senang sekali bisa bertemu langsung dengan dua ikon dunia tersebut. Saya merasa dunia dan citacita saya begitu didukung semesta. Seorang anak biasa yang tinggal di pinggiran Jakarta bisa meraih salah satu mimpinya untuk berpidato mewakili ratusan juta anak Indonesia di Forum sekaliber PBB!
Apa yang menarik perhatian kamu tentang isu hak-hak anak ini?
Memperjuangkan hak anak bagi saya adalah kehormatan tiada tara. Saya dulu anakanak, semua orang juga pernah merasakan menjadi anak, saat kita mengeksplorasi diri tanpa takut salah atau mendengar pendapat negatif orang lain. Sayangnya saat ini, anak-anak masih banyak dijadikan cluster kedua di bumi. Banyak juga orangtua yang ingin mendapatkan hormat
dari anaknya, tapi tidak bisa menghormati pendapat anaknya, tidak bisa memenuhi hak dan kebutuhan anaknya juga. Padahal, banyak sekali yang bisa dilakukan anak muda ataupun orang dewasa untuk berkontribusi dalam hal pemenuhan hak anak. Saya sendiri berusaha menciptakan ide Gerakan Lapor Yuk!.
Apa itu Gerakan Lapor Yuk!?
Ini bentuk penyadaran, khususnya di Kabupaten Bogor, untuk berani melaporkan segala bentuk kekerasan seksual yang mereka alami dan lihat. Tujuannya, mengubah pola pikir bahwa melapor itu menyeramkan dan aib. Gerakan Lapor Yuk! yang memadukan kampanye penyadaran dengan sistem pelaporan daring yang praktis dan ramah anak, serta proses pendampingan kasus kekerasan seksual terhadap anak khususnya di Kabupaten Bogor. Nantinya, akan dirilis mobile application Lapor Yuk! agar masyarakat mudah melapor tanpa perlu malu dan takut identitasnya terbongkar.
Seberapa gelapnya sih kasus kekerasan pada anak ini?
Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) 2015 menyatakan ada 1.726 kasus pelecehan seksual dan 58% di antaranya dialami anak usia 0-18 tahun. Siapa saja yang mendukung perjalanan kamu? Terutama ayah saya. Saya selalu percaya, dengan usaha maksimal dan berbuat baik pada semua orang diiringi doa tiada henti, semesta dan lingkungan akan mendukung kegiatan positif! (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved