Headline
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.
Ayo ke Melbourne, Australia! Selama ini Desember hingga Juni dikenal sebagai bulan-bulan terbaik melancong ke sana. Melbourne saat itu tengah merayakan datangnya musim panas hingga gugur dan selalu sukses memikat para turis dari berbagai belahan dunia, termasuk ribuan warga Indonesia. Ketika Juni berakhir, ‘Negeri Kanguru’ dilanda musim dingin hingga temperatur bisa hingga 0 derajat celsius. Namun, sesungguhnya ada banyak destinasi dan aktivitas yang juga patut dijajal, seperti yang saya nikmati pada kunjungan saya.
Australian Football League (AFL)
Ada tiga cabang olahraga paling populer di Melbourne. Salah satunya dipertandingkan saat musim dingin, yakni AFL. Berbeda dengan kriket dan Formula 1 yang digelar pada Januari hingga Juni, AFL justru berlangsung sejak pertengahan tahun. Istimewanya, pertandingan puncak AFL digelar pada September atau saat pengujung musim dingin.
Anggur dan steak terbaik
Masukkan restoran-restoran ikon Melbourne ini dalam daftar kunjungan Anda! Bomba di 103 Lonsdale St, Melbourne VIC 3000, ialah nomor satunya. Selain dimanjakan wine lokal, ada pula hidangan ala utara Spanyol. Lalu, bergeserlah ke Restoran Lourinha di 37 Little Collins Street yang juara dengan Brisket Beef bertabur saus daun nettle. Untuk minuman, saya merekomendasikan rose wine. Manisnya saus nettle bakal terasa sangat nikmat ketika bercampur pahit-manis anggur itu.
Sempatkan pula ke The Press Club yang istimewa karena memberikan pengalaman istimewa buat para pengunjungnya. Tersedia satu ruangan khusus untuk melihat bagaimana cocktail dan mocktail dibuat. Lupakan dulu gerai kopi global yang bahkan bisa Anda jumpai di mal terdekat atau lobi gedung perkantoran di Jakarta dan kota-kota lain di Indonesia! Puluhan toko kopi yang bertebaran di penjuru Ibu Kota Victoria akan memberikan pengalaman autentik. Mari berbaur dengan warga lokal yang juga sangat fanatik dengan kedai-kedai kopi itu.
Barista-barista hebat di sana menjadi aktor utama di sana. “Barista lokal kami kerap menang dalam perlombaan internasional dan membuka toko sendiri,” kata Holly Formosa, staf Public Relation Melbourne Food and Wine Festival, yang menemani saya menyeruput kopi. Anda perlu sedikit usaha untuk bisa menjelajah kios-kios mereka. Mayoritas memang tidak terletak di jalan utama Kota Melbourne, yang jadi favorit justru nyempil di jalan-jalan sempit di antara gedung perkantoran.
Inspirasi grafiti
Penjelajahan berikutnya, menyimak karya para seniman urban di Jalan Hosier Lane, Victoria. Jika menggunakan trem, turunlah di Stasiun Kota di Jalan Flinders, lalu dengan berjalan kaki sekitar 10 menit ke arah timur, di sebelah kiri, Anda akan menemukan jalanan yang berimpitan dengan dinding gedung yang bergambar coretan para seninan jalanan.
Seni kontemporer di galeri luar ruang ini penting diprioritaskan karena Anda mungkin akan melihat karya seni berbeda ketika datang pada pekan berikutnya.
Hosier Street menyediakan galeri jalanan sepanjang 200 meter buat para aktivis grafiti beraksi dan para penikmat seni juga turis menikmati. Hosier Street memang bisa Anda nikmati gratis dan mudah. Namun, tetap tak bisa semena-mena datang ke area ini, sebisa mungkin hindari datang malam hari. Selain buruk secara visual, Hosier Street akan tampil sedikit mencekam saat gelap.
Pesta tulip
Belanda memang juaranya tulip, tapi tak perlu terbang hingga puluhan jam buat menikmati mekarnya bunga nan anggun itu. Tumbuhan berumbi yang bisa mencapai tinggi hingga 70 cm itu juga bisa dilihat di Melbourne, tepatnya di Perkebunan Tesselaar setiap September hingga Oktober. Varian tulip di sini tidak kalah dengan Belanda. Di kebun yang dikelola Paul Tesselaar tersebut terdapat 150 jenis tanaman tulip yang bisa memanjakan mata. Terdapat ratusan varian di sana, tapi tulip hitam jadi primadonanya.
“Tulip hitam populer karena langka. Warnanya berubah agak cerah ketika sudah merekah sempurna,” beber Tesselar yang menemani saya mengeksplorasi. Festival tulip di Perkebunan Tesselar digelar setiap tahun. Pada 2016 dibuka 8 September hingga 4 Oktober lalu. “Kami memiliki ratusan jenis bunga tulip di lahan 25 hektare. Jika pengunjung mau, mereka bisa menanam bunga tulip di rumah masing-masing sebab kami juga menjual bunga serta bibit tulip,” tambah Tesselar yang setiap tahunnya kedatangan 100 ribu pengunjung dari berbagai negara setiap festival tulip digelar.
Saya sempat berjumpa turis Indonesia di sana. “Saya mendengar info tulip mekar pada pertengahan September. Ini langka lo, sebab pada bulan lainnya, wisatawan butuh terbang jauh ke Turki atau Belanda untuk melihat tulip mekar,” ujar Barbara Gunawan, turis asal Yogyakarta. Bukan cuma tulip, Tesselar juga memaksa para turis betah dan tentunya terus membuka dompet dengan aneka hiburan musik, kuliner khas Belanda hingga berbelanja di toko suvenir. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved