SELANG dua pekan dilatih dan dinobatkan sebagai Reporter Cilik (Repcil) Media Anak Media Indonesia, tugas wawancara dan meliput langsung dilaksanakan dengan sigap.
Serunya lagi, tugas mewawancarai Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Ferry Mursyidan Baldan berlanjut pada peliputan di Manado. Ya! seperti juga para wartawan profesional, Repcil ini di luar dugaan juga mendapat tawaran liputan ke luar kota dari Pak Ferry. Tentu saja, kesempatan keren itu tak mereka lewatkan.
Karena itu, pada pukul 4.00 WIB , Sabtu (12/9), tiga Repcil sudah berkumpul di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Mereka terdiri atas Wafi Nashrullah, Nihaya Mumtaz Suratno, Nijma Syahira Izzati Arief, dan Keyla Arista yang akan meliput kegiatan Pak Ferry mengisi kuliah umum di Universitas Sam Ratulangi Manado, Sulawesi Utara. Tak cuma bertugas meliput, mereka juga sempat menyelam di kawasan Bunaken yang terkenal mempunyai taman laut yang indah. Mau tahu keseruan mereka? Yuk ikuti cerita Medi!
Dua hari ke Manado Hampir 3 jam para Repcil terbang menggunakan pesawat untuk tiba di Manado. Setelah turun dari pesawat, mereka langsung menuju Universitas Sam Ratulangi.
Di kampus ini, mereka mengikuti kuliah umum Pak Menteri yang berjudul Kebijakan Agraria untuk Mewujudkan Keadilan Ruang Hidup. Acara ini diselenggarakan dalam rangka Dies Natalis ke-51 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sam Ratulangi.
Mewawancarai ibu Ellen Joan Kumaat, Rektor Universitas Sam Ratulangi dan Pak Ferry Mursyidan Baldan Foto: MI/M. Irfan
Para Repcil juga berjumpa dengan Ibu Ellen Joan Kumaat, Rektor Universitas Sam Ratulangi, yang menyambut baik kedatangan para Repcil. Bu Ellen mengungkapkan bahwa keadilan dalam tata ruang itu harus diperlakukan dengan sebaik-baiknya. "Terkait ruang hidup dan agraria, kita harus memanfaatkan apa yang sudah ada dengan sebaik-baiknya," kata Bu Ellen.
Cerita serupa tentang penegakan hukum pertanahan yang harus terus dioptimalkan juga didapat dari Pak Ferry. "Kita harus mengawasi dan mengendalikan ruang kosong, misalnya, menjadi taman kota, pengadaan fasilitas umum atau perluasan kawasan untuk kebutuhan lainnya. Contohnya, kebutuhan mahasiswa untuk perluasan kawasan kampus Universitas Sam Ratulangi ini," kata Pak Ferry.
Ke Bunaken Pada hari kedua, para Repcil ini masih tetap bangun pagi, tapi bukan untuk meliput kegiatan Pak Menteri lagi, melainkan berwisata ke Taman Laut Nasional Bunaken. Asyik ya! Bunaken terletak di perairan laut Pulau Sulawesi. Hingga kini, Bunaken merupakan tempat paling populer di Manado karena keindahannya bawah lautnya.
Dengan menaiki kapal motor yang berkapasitas 15-20 orang, para Repcil mengarungi lautan selama 30 menit dari ITC Marina Plaza. Selama perjalanan, para Repcil menikmati keindahan alam, angin yang bertiup kencang, dan air laut yang bersih tanpa sampah.
Sesampainya di Taman Laut Nasional Bunaken, para Repcil berganti kapal nih sobat. Bukan untuk transit, melainkan melihat keindahan bawah laut dari perahu khusus. Perahu ini memang didesain berbeda dengan perahu lainnya. Di tengahnya, ada kotak yang ditempeli kaca untuk melihat bawah laut yang indah.
Kita bisa melihat langsung keindahan bawah laut karena airnya yang jernih melalui kaca. Karang-karang berbagai ukuran, bintang laut, hingga ikan terlihat jelas berada di bawah perahu. Sang pengendara sengaja memajukan perahunya pelan-pelan sekali agar wisatawan yang naik bisa lebih menikmatinya. "Selain agar kapal tidak melukai karang, kita juga bisa menikmati keindahan bawah laut," kata Pak Majid, pemandu wisatawan di Bunaken.
Snorkeling Cukup lama, sekitar 20 menit menikmati indahnya akuarium raksasa dari atas perahu, para Repcil ini akhirnya merasakan langsung dinginnya air Bunaken. Namun sebelum itu, mereka harus memakai alat untuk membantu penyelamannya di laut.
Karena mereka hanya melakukan penyelaman di permukaan atau yang sering disebut snorkeling, mereka hanya membutuhkan masker selam, snorkel, dan kaki katak. Alat tersebut tentu ada gunanya ya sobat.
Reporter Cilik menyelam di Bunaken seusai liputan. Foto: MI/M. Irfan
Masker selam digunakan untuk melindungi mata agar tidak kemasukan air laut yang perih di mata. Selain itu, bisa lebih memperjelas penglihatan kita ketika di dalam air. Snorkel ini ialah selang berbentuk huruf J dengan pelindung mulut di bagian ujung bawah. Fungsi alat ini sebagai jalan masuk udara ketika bernapas lewat mulut. "Jika sedang menyelam, kalian bernapas melalui mulut ya. Jadi, tak harus mengangkat muka dari permukaan laut," kata Pak Majid.
Selain itu, Repcil pun dibekali dengan sepatu karet yang dengan sirip yang melebar di bagian ujung kaki. Alat ini disebut kaki katak yang berfungsi menambah daya dorong pada kaki.
Beri makan ikan Ikan Dori, lolosi ekor kuning, goropa, nila gasi, dan lebih dari 90 jenis ikan ada di Bunaken. Semua ikan itu sangat dekat dengan para Repcil ketika menyelam. Bahkan Repcil ini memberikan makan ikan-ikan di sekitarnya dengan biskuit. "Aku baru tahu ikan-ikan suka makan biskuit juga," kata Wafi.
Dengan memotong-motong biskuit hingga jadi potongan kecil, ikan-ikan akan mendekat ke arah kita untuk memakan biskuit. Ikan di sini tak takut dengan kehadiran manusia di dekatnya. Hanya, dalam memberikan makan, kita harus hati-hati, tak boleh remas hingga bubuk sekali. "Biskuitnya hanya dipotong jangan sampai diremas hingga jadi remahan karena ikan-ikan malah menghindar darimu," kata Majid.
Luka karena karang Waktu 1 jam untuk menyelam sudah berlalu. Namun, saat menaiki perahu, darah mengalir di lulut dan bagian kaki Nihaya. "Tadi kakiku kena gesekan karang, perih," kata Nihaya. Ya, kita harus hati-hati saat menyelam ya sobat karena satu-satunya pijakan kaki saat berdiri di laut ialah karang. Jarak karang dan permukaan laut pun berbilang dekat lo.
Walaupun ada kakinya yang luka tergores karang, para Repcil terlihat senang mendapat kesempatan tinggal 2 hari di Manado untuk meliput kegiatan Pak Menteri dan bertemu dengan ikan cantik di Bunaken.(M-1)