Headline
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
Sedikitnya 30% penggilingan gabah di Jawa Tengah menutup operasional.
DUA lempengan besar itu terlihat jelas. Dengan warna yang agak cenderung gelap, keduanya seolah mencuri pandang dari luar pintu galeri. Apalagi, di antara keduanya ada semacam tanda yang biasa diistilahkan atau dibaca sebagai sama dengan. Lempengan itu menjadi begitu indah dan memukau mata. Sebab, bukan karat cokelat yang ada di permukaannya, melainkan goresan warna. Ya, lempengan itu berfungsi layaknya kanvas. Atau lebih tepatnya diperlakukan sebagai pengganti kanvas sebuah lukisan.
Dua lempengan berbentuk lingkaran itu sekaligus menjadi peneguh tema pameran. Lempengan pertama menjadi simbol dari waktu, sedangkan lempengan kedua dimaksudkan sebagai massa. Dengan demikian, ketika digabungkan, akan menjadi rangkaian kata ‘Waktu=Masa’. Itulah judul pameran dari seorang pelukis abstrak bernama Andi Suandi. Pameran bertajuk Waktu = Masa, Penghubung Jarak Yang Tak Terbatas dihelat di Galeri Cipta III Taman Ismail Marzuki pada 18-29 Oktober 2016. Sebanyak 17 judul lukisan dipamerkan dalam tajuk tersebut dengan variasi ukuran.
Bukan tanpa alasan tajuk Waktu=Massa dipilih sebagai tema pameran. Andi Suandi punya landasan pemikiran untuk pemilihan dua kata itu. “Simbol waktu dan massa itu menurut saya hakikatnya kosong yang ada hanyalah ruang. Maka saya simbolkan menjadi ruang. Dua ruang yang selalu bersatu tapi dia memiliki energi. Dalam ruang itu ada energi. La itulah hakikat massa waktu. Karena dia bergerak. Jadi yang abadi adalah dia (ruang),” terang Andi.
Tema tersebut ialah hasil pengendapan terhadap segala laku hidup dan perjalanan spiritual yang telah dilalui Andi. “Tema Waktu=Masa ini terinspirasi dari proses perjalanan spiritual yang saya jalani dan alami selama ini,” tegasnya. Pameran ini dikuratori Puguh Warudju dan Rizki A Zaelani. Lebih lanjut tentang tema, kurator Puguh Warudju memberikan penegasan dalam tulisan kuratorialnya. “Pameran tunggal Andi Suandi kali ini, mengambil tema Waktu=Masa ialah sebuah bentuk kontinuitas pemikiran Andi tentang hakikat kehidupan dalam dunia yang penuh keterlingkungan,” terang kurator Puguh Warudju.
Mengikuti alam
Andi mengungkapkan, dalam pemikirannya, perkembangan kehidupan manusia merupakan sebuah sistem otomatis yang berjalan dalam tatanan yang mengikuti alam secara bersamaan dan simultan. Konsep ini tampak pada beberapa judul lukisan. Salah satunya Lubang Hitam. Alih-alih mengikuti teori black hole, Andi Suandi punya konsep tersendiri dalam karyanya. “Proses terciptanya dunia berawal dari black hole, menurut ilmuwan. Tapi dikaitkan diri kita ialah ketika anak kecil lahir ia menangis. Jadi, pertemuan antara hawa dalam dan hawa luar. Pertemuan inilah yang menyebabkan kaya bom. Dan itu ada di anak-anak baru lahir. Makanya anak baru lahir itu mesti menangis,” lanjutnya.
Andi Suandi membuat lukisan-lukisan abstrak, menumpukkan lapisan warna-warna, sehingga memunculkan kesan tembus pandang antara satu intensitas warna dan yang lainnya. Bidang lapisan warna itu penting karena menjadi sensasi visual bagian terluar yang bisa dilihat dan berfungsi sekaligus jadi lapisan bagi bagian-bagian dalam yang terletak pada bidang-bidang kanvas, meski sebagian dari bagian dalam itu kerap juga tampak terlihat dan terkuak di antara selubung warna yang menutupinya.
Sebagai contoh lukisan Legenda Beatles. Puguh Warudju menjelaskan awalnya grup musik legendaris itu dilukis secara nyata atau realis. Setelah lukisan menampak dan selesai, lalu ditutup lagi dengan beberapa lapis layer. Pada akhirnya, gambar The Beatles saat berjaya itu terdistorsi, mengabur, bahkan menghilang. Sebagai gantinya, tampaklah elemen-elemen abstrak yang penuh cita rasa estetis. “Elemen-elemen abstrak itulah yang pada akhirnya dapat dinikmati, tidak lagi secara fisis tentang The Beatles, karena kelompok musik itu sudah usai terkurung lengkung waktu yang silam, tapi nilai-nilai musikal, spirit dari apa pun inspirasi yang dapat dipetik oleh generasi ke generasi di depannya tetap berjalan bermunculan sampai hari ini,” tegas Puguh. Ada suatu hal menarik tentang judul lukisan Andi Suandi. Ketika judul dari karya-karya itu diutak-atik dan disusun, akan terbentuk satu rangkaian kata.
Jika judul tersebut dinarasikan bisa membentuk pesan tertentu, semisal Peziarah-Perjalanan-Menembus Ruang-Jarak-Waktu-Mengawang-di Antara Waktu-Menembus Alam Kuning-Menyambung Dialog. Lalu ada pemaknaan jika peziarah berhasil melampai itu, rangkaian kata selanjutnya ialah Peradaban. Namun, jika peziarah gagal, kata selanjutnya ialah Pelapukan#1-Pelapukan#2. “Itu boleh begitu, boleh. Artinya itu menarik jadi satu narasi,” ucap Andi seolah membebaskan tafsir atas karyanya. Namun, itulah lukisan abstrak, ada banyak tangkapan dari para penikmat seni rupa. ‘Lukisan abstrak memang tidak bertujuan menjelaskan pengalaman hidup yang bisa dilihat mata, tetapi bermaksud menunjukkan apa yang mungkin dihayati dari hasil-hasil oleh pengalaman seseorang melihat dunia’, begitu tulis Rizki A Zaelani dalam kuratorial. (M-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved