Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Dongeng Nusantara dan Mancanegara, Semua Ada!

Patrick Vicenzo, Universitas Bina Nusantara/M-1
30/10/2016 01:30
Dongeng Nusantara dan Mancanegara, Semua Ada!
(DOK PATRICK VICENZO)

DAHULU kala, di kota di tepi laut, ada seorang anak bernama Hamzah Fansyuri. Suatu hari, ibu dan ayahnya menyuruh Hamzah pergi ke laut untuk mencari ikan. Walaupun disuruh dari pagi, dia tak juga pergi untuk mencari ikan. Akhirnya sore hari ia pergi naik perahu dan mulai menangkap ikan. Saat mulai berhasil menangkap dua hingga tiga ikan, tiba tiba seekor elang datang menghampirinya. “Hamzah, tolonglah sebentar lagi, malam hari akan tiba. Anak-anakku yang berada di atas pohon kelapa kedinginan dan kelaparan. Tolonglah beri ikanmu padaku,” ujar sang elang.

Karena merasa iba, Hamzah akhirnya memberi ikan yang sudah ia dapat. Setelah mendapatkan ikan, sang elang pun pergi dan Hamzah pun melanjutkan mencari ikan. Tanpa disangka, keadaan berubah. Badai kencang tiba-tiba datang dan pada akhirnya, ia tidak mendapat ikan sama sekali. Hamzah pulang dalam keadaan sedih dan ia yakin pasti akan dimarahi ibu dan ayahnya. Setelah sampai rumah, betapa kagetnya ia melihat ada tiga elang yang masing-masing membawakan ikan untuknya. Nah, dari kisah ini kita bisa belajar bahwa tidak ada bantuan yang sia- sia. Selalu ada orang lain yang akan membalas jasa kita. Jadi, jangan berpikir dua kali untuk membantu orang, ya!”

Anak-anak selalu jujur
Sobat Medi, dongeng seru itulah yang menjadi favorit Kak Agus Nur Amal atau kerap disapa Pmtoh. Beliau telah berkecimpung di dunia seni selama kurang lebih 26 tahun, termasuk dunia dongeng. Bahkan, Kak Agus yang lahir di Sabang, Aceh, ini telah meraih Lencana Anugerah Kebudayaan 2015 yang diberikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kak Agus yang mendapat julukan Pmtoh berdasarkan sebutan yang lazim disematkan pada seniman tradisi lisan atau pendongeng di tanah Aceh itu juga kerap mengarang dongeng selain juga yang ia peroleh dari mulut ke mulut atau pengalaman orang lain.

“Mendongeng merupakan pemurnian jiwa karena kita bisa melihat kepolosan dari ekspresi anak yang tak dibuat-buat saat berdongeng. Anak-anak itu polos, kalau suka, akan tertawa dan jika tidak suka, akan ngomong. Kepolosannya itu yang menyebabkan kita bisa menilai jiwa kita sendiri,” ujar Kak Agus ketika dijumpai Medi pada konferensi pers Festival Dongeng Internasional Indonesia 2016 di Jakarta, awal pekan ini.

Berlin yang berkesan
Kak Agus bercerita, ia telah mendongeng di berbagai kota di Indonesia. Untuk kancah internasional, ia sudah pernah mendongeng ke Inggris, Republik Ceko, Singapura, dan Malaysia. “Ada satu pengalaman yang paling berkesan, yaitu saat mendongeng di Berlin, tepatnya di Schaude Theater. Saat itu saya menceritakan perjalanan dari Indonesia ke Berlin menggunakan kendaraan bermotor. Saya menggunakan kantong plastik hitam untuk menggambarkan asap knalpot yang keluar dari kendaraan bermotor,” kata Kak Agus.

Tak lama kemudian, seorang anak yang sedang mendengarkan bertanya dengan polosnya, “Itu yang plastik hitam apa?” “Oh rupanya dia kebingungan karena anakanak di Jerman tidak memiliki bayangan mengenai asap motor karena di sana tidak ada polusi. Itu merupakan kejutan luar biasa untuk
saya,” jelas Kak Agus.

Internasional Indonesia
Penasaran kan dengan cerita Kak Agus lainnya, juga gayanya saat mendongeng? Yuk datang ke Festival Dongeng Internasional Indonesia pada November nanti. Dongeng-dongeng seru akan dibawakan para pendongeng dari Tanah Air, termasuk Kak Agus, juga dari luar negeri. Dari Indonesia, selain Kak Agus yang mewakili Aceh, akan hadir pula Kak I Made Taro dan Gede Tarmada dari Bali, Kak Rona Mentari dari Yogyakarta, Kak Imam Rojali dari Lampung, Kak Fanny Haurissa dari Maluku, kelompok Puppetaria, serta komunitas Ayo Dongeng Indonesia. Sementara itu, pendongeng luar negeri yang akan beraksi ialah Kak Seung Ah dari Korea Selatan, Kak Sheila Wee dari Singapura, Kak Wajuppa Tossa dari Thailand, Kak Ng Kok dari Malaysia, Kak Craig Jenkins dari Inggris, dan Kak Jeeva Raghunath dari India.

Festival itu diadakan di Museum Nasional, Jakarta. “Acara ini untuk mengingatkan kembali pentingnya peran orangtua pada masa pertumbuhan anak. Kami berharap memperluas minat masyarakat terhadap kegiatan mendongeng,” kata Ketua Penyelenggara, Kak Ariyo Zidni. Tema yang akan dibawakan ialah Cerita Indonesiaku sehingga banyak cerita dari penjuru negeri yang akan dikisahkan. Selain menonton dongeng, Sobat Medi serta orangtua kalian juga dapat mengikuti pelatihan di Kelas Dongeng untuk menambah dan memperdalam pemahaman tentang dongeng. Catat tanggalnya, ya! (Patrick Vicenzo, Universitas Bina Nusantara/M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya