'I have not failed. I've just found 10.000 ways that won’t work'. Kalimat tersebut diucapkan ilmuwan Thomas Alva Edison. Kutipan mujarab untuk membangkitkan semangat itu diserukan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, di hadapan para mahasiswa dan mahasiswi Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Ya, Sabtu(12/9) pagi, para mahasiswa dan mahasiswi Universitas Mataram sudah memadati Auditorium M Yunus, tempat diselenggarakannya MI Goes to Campus, diskusi Media Indonesia dan Bank Indonesia bertajuk Bagaimana Dunia Usaha Menyikapi Situasi Perekonomian Indonesia. Ketika dipersilakan masuk, kursi-kursi di barisan depan langsung terisi penuh. Buku dan pulpen terlihat di genggaman mereka, mencatat setiap inti yang disampaikan narasumber.
Tema wirausaha memantik semangat mereka. Tak hanya bertanya, mereka juga berebut maju menyampaikan beberapa gagasan terkait dengan potensi daerah. Deputi Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, memaparkan sumber ekonomi yang tidak bisa mengandalkan komoditas mentah. Harga komoditas mentah lambat laun terus menurun sehingga Indonesia perlu memberikan nilai tambah di segala sumber daya alam. Hal tersebut penting untuk membangun kemandirian ekonomi, pun dengan upaya memunculkan wirausaha muda. Kesiapan menjadi wirausaha ditanyakan Perry kepada mahasiswa dan mahasiswi yang hadir. Mereka pun menjawab kesiapan dengan suara yang lantang. Bank Indonesia, imbuh Perry, memberikan berbagai pelatihan keterampilan dan menciptakan kelompokkelompok baru melalui wadah Generasi Baru Indonesia (Genbi).
"Tak hanya ulet, lanjut Perry, calon pengusaha juga harus memiliki kreativitas, menciptakan hal baru agar tetap bisa berkompetisi dengan baik," ujar Perry. Ekonomi stabil Mengapa sih kehadiran wirausaha begitu penting bagi sebuah negara? Kepala Departemen Regional IV Bank Indonesia, Rizal A Djaafara, menyebutkan salah satu indikator kemajuan sebuah negara ditandai jika 5% penduduknya merupakan pengusaha. Lalu, bagaimana dengan Indonesia? "Indonesia itu baru mencapai 1%. Paling tidak targetnya harus mencapai 3% dalam 10 tahun ke depan. Karena itu, Bank Indonesia memprovokasi munculnya wirausaha baru. Menjadi pengusaha akan membantu meningkatkan taraf hidup orang lain," ujar Rizal. Persoalan perekonomian, termasuk infl asi di dalamnya, juga menjadi salah satu tantangan bagi para pelaku usaha.
Rizal menyebut pihaknya ingin menciptakan iklim yang bersahabat bagi para pelaku usaha. Salah satunya dengan menjaga kestabilan ekonomi, infl asi yang terkendali, sehingga nilai tukar mata uang relatif stabil. Jadi, para pelaku usaha bisa lebih fokus mencari margin dan perbaiki kualitas agar bisa terus bersaing. Sektor perbankan sudah pasti memiliki peran penting dalam perjalanan sebuah usaha. Namun, bagi calon pengusaha, tidak ada teori khusus untuk memulai idenya. Direktur Pemberitaan Media Indonesia, Usman Kansong, menyerukan kepada para peserta untuk tidak berhenti ketika bertemu dengan kegagalan. Ia pun mengutip rekaman hidup seorang pengusaha sukses (alm) Bob Sadino yang tidak memiliki dasar perhitungan matematika, tetapi tetap ingin menjalankan sebuah usaha. "Mulai saja sembari cari pengalaman. Jangan menunggu modal besar, nanti yang ada hasil usaha malah menjadi konsumsi bukan untuk diputar", tuturnya.
Mulai dari yang Terdekat Olahan buah mete, bakso kalsium, industri garam, biro perjalanan, dan asinan tape dilontarkan para mahasiswa dan mahasiswa yang diajak tampil di atas panggung. Mereka mengungkapkan berbagai gagasan tersebut melihat dari sumber daya alam yang terdapat di sekitar mereka. Wakil Rektor II Universitas Mataram, Lalu Wira Sapta Karyadi, mengamini ide-ide itu. "Sektor dagang dan pariwisata menjadi pilihan anak muda. Sementara itu, untuk sektor pertanian, hanya sedikit peminat lantaran cap bertani sebagai usaha pinggiran dan jadul masih tersimpan lekat dalam benak muda-mudi," kata Lalu. Tak hanya lontaran gagasan, para peserta pun berebut unjuk diri untuk mengajukan pertanyaan kepada narasumber. Waktu yang terbatas memang menjadi kendala untuk mengakomodasi pertanyaan. Malahan, ada salah satu peserta yang langsung mendekati narasumber untuk bertanya lebih rinci.
"Mulailah dari yang terdekat, hal kecil, dan paling mudah," kata pengusaha muda yang sukses dengan Kopi Luwak Lanang, Theresia Deka Putri, saat muncul pertanyaan bagaimana memulai usaha. Putri, panggilan akrab pengusaha muda tersebut, juga meminta agar calon pengusaha langsung berpikir untuk melakukan produksi, tidak hanya sekadar menjual bahan mentah. Perempuan yang sudah menjangkau Thailand dan Korea untuk penjualan produknya itu mengaku prinsip lokal harus dipakai calon pengusaha Tidak ada negara lain yang bisa menghasilkan kopi luwak selain Indonesia.
Karena itu, produknya menjadi berbeda dan banyak diincar pembeli baik dalam maupun luar negeri. "Setiap orang bisa membuat produk, tetapi bisa menjualnya nggak? Karena itu, harus buat pembeda supaya mudah memasarkannya. Sama saja sih seperti mahasiswa, kalau hanya menjadi pengikut ya akan begitu-begitu saja. Jadilah lulusan mahasiswa dengan kualitas mahakarya," pungkas Putri yang disambut tepukan tangan para peserta. Di penghujung acara, sebuah survei kantor berita Inggris, BBC, mengenai iklim negara yang sangat mendorong munculnya wirausaha baru dipaparkan. Kerennya, peringkat pertama ditempati negara kita, ya Indonesia. Jadi, yuk mulai menjadi pemuda yang berbeda dengan berwirausaha!