Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

Ramuan Senyawa Musikimia

MI/ Dzulfikri Putra Malawi
20/9/2015 00:00
Ramuan Senyawa Musikimia
(MI/ATET DWI PRAMADIA)
ADA yang berbeda dari sajian musik Fadly (vokalis), Yoyok (drumer), Rindra (basis), dan Stephan Santoso (gitaris) bersama Musikimia. Rabu (16/9) lalu, mereka baru saja mengadakan jajak dengar dengan para awak media di CGV Blitz Megaplex, Grand Indonesia, Jakarta Pusat. Kini mereka tengah mempersiapkan peluncuran album debut setelah sebuah minialbum Indonesia Adalah dirilis akhir 2013. Lima musikus mumpuni dan berkarakter, Gugun (Gugun Blues Shelter), Eben (Burgerkill), Bondan Prakoso, Stevi Item (Deadsquad & Andra and the Backbone), dan Nikita Dompas turut menyumbangkan idenya dalam menciptakan lagu di album debut mereka yang baru akan dirilis Januari 2016.

Keterlibatan mereka bukan tanpa alasan. Sejak terbentuknya Musikimia tiga tahun lalu, karakter vokal Fadly serta permainan Yoyok dan Rindra begitu melekat dengan musik Padi.  Dengan kata lain, mereka punya pekerjaan rumah yang besar agar karya yang dihasilkan bisa terpisahkan di antara kedua band yang mereka huni. Semua personel secara serentak memiliki prinsip yang sama, yaitu eksplorasi tanpa batas. Maka keputusan untuk menggandeng lima musikus untuk menjadi co-producer ialah langkah yang tepat demi menyelami dan meramu senyawa Musikimia.

Bahkan, Fadly menyebutnya sebagai kolaborasi persenyawaan. Mulai lagu pop, blues, dominasi distorsi, hingga keroncong berbalut reggae terangkum dalam album yang berisi sepuluh lagu. Masing-masing bertanggung jawab untuk dua lagu dan turut membawa karakter musiknya, misalnya saja keterlibatan Stevi dalam lagu Hitam tak Selalu Gelap dan Issue yang membuat bagian bridge Hitam tak Selalu Gelap menjadi lebih bagus menurut Yoyok.

"Co-producer membuat bagan musik, prosesnya langsung ketemu mereka dan langsung nge-jam. Ada beberapa co-producer yang sudah mempersiapkan materinya. Mereka tidak ikut main instrumen sama sekali. Waktu kami kirim ke mereka hanya materi akustiknya," ujar Stephan. Lantas pada lagu Hangus dan Meski Kau tak Ingin, eksplorasi Musikimia tertuju pada riff gitar blues yang hampir saja menyatakan diri sebagai Gugun Blues Shelter versi Musikimia. Namun, kecerdasan mereka meramu membuat lagu itu tetap terasa pop ketika memasuki refrain atau inti lagu

Sentuhan distorsi yang begitu kuat dari ide Eben pun begitu terasa di lagu Redam. Sementara itu, Nikita Dompas berhasil membuat dua lagu (Dan Bernyanyilah serta Bertahan Untukmu) terbilang 'aman' sebagai lagu industri. Terbukti, lagu Dan Bernyanyilah dipilih label Sony Music sebagai single yang akan dirilis pada 1 Oktober mendatang. "Lagu itu (Dan Bernyanyilah) memang dipilih tim marketing label dan liriknya kami ciptakan bersama-sama. Lagu ini pun menjadi tema album. Musikimia berkarya dengan sederhana dan dikeluarkan segala rasanya," tambah Fadly.

Lirik lagu itu, timpal Rindra, juga hasil sumbangsih dari Iksan Skuter, musikus yang ulet menyanyikan lagu-lagu bertema sosial. Tiga lagu yang memiliki warna paling berbeda ialah Pesanku, Tamansari Indonesia, dan Sebebas Alam. Campur tangan Eben di Pesanku justru melahirkan lagu yang membuat Fadly bercengkok Melayu dan ada nyanyian Tak Lelo Ledung yang menjadi inspirasi terciptanya lagu tersebut. Selain itu, mereka mengangkat lagu karya Franky Sahilatua yang belum sempat dirilis secara eksklusif bertajuk Tamansari Indonesia.

Sementara itu, puisi karya Ayu Asmara dinotasikan menjadi lagu berjudul Sebebas Alam yang bernuansa keroncong reggae. "Keputusan mengangkat lagu Franky adalah takdir. Kami sempat ketemu istrinya saat menggarap ilustrasi musik film Jenderal Soedirman. Banyak rekaman lagu Franky di ponsel dan beliau memperdengarkan lagu-lagu itu sama kami. Puisi juga demikian, kami bertemu Ayu di kesempatan yang sama dan memberikan puisi kepada kami. Misi kita juga melestarikan karya-karya musisi yang legendaris," ungkap Fadly.

Memperluas segmen
Multigenre yang dikemas dalam satu album ini, diakui Fadly, juga sebagai representasi dari tidak adanya batasan mereka dalam bermusik. "Benang merahnya kami ingin fokus ke musik bahwa musik itu tidak ada pagar dan musik itu ialah tentang rasa. Kami ingin memperluas segmen musik juga," ujarnya. Lebih lanjut Rindra menambahkan keberadaan Musikimia sejak awal terbentuk memang tidak mampu menembus pasar musik secara nasional.

Hal itu juga menjadi salah satu bukti betapa beratnya menembus pasar nasional dengan produk band baru karena masih kuatnya citra pada band sebelumnya. "Waktu saya ke Kalimantan, saya ditanya masih bermusik apa tidak. Padahal, waktu itu Musikimia sedang jalan," kenang Rindra. Maka dari itu, peranan Sony Music yang memberi kesempatan untuk eksplorasi senyawa Musikimia ini menjadi berkah yang begitu disyukuri. Sony memberikan kesempatan besar untuk mengizinkan kami membuat album dengan apa yang kami suka. Ini suatu kehormatan besar," ujar Yoyok.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya