Headline

Karhutla berulang terjadi di area konsesi yang sama.

Fokus

Angka penduduk miskin Maret 2025 adalah yang terendah sepanjang sejarah.

Menyambut Big Data, Peluang dan Tantangannya

Hera Khaerani
19/9/2015 00:00
Menyambut Big Data, Peluang dan Tantangannya
(AP Photo/Jeff Chiu, File)
PERNAHKAH saat Anda ke pusat perbelanjaan, tiba-tiba ponsel berbunyi menandai masuknya pesan singkat? Ketika dibuka, ternyata pesan dari provider ponsel menginformasikan promosi berbagai produk yang bisa dijumpai di pusat perbelanjaan tersebut. Pernahkah Anda bertanya mengapa kesannya seperti kebetulan posisi Anda di mal itu diketahui?
Nyatanya itu bukanlah kebetulan. Provider ponsel memang menyimpan data kita dan tahu persis ke mana kaki kita melangkah, asalkan ponsel tidak jauh dari jangkauan kita.

Berbekal pengetahuan itu, kerja sama dilakukan dengan perusahaan-perusahaan penyedia barang dan jasa untuk menawari produk mereka. Begitulah yang diakui Haryati Lawidjaja Vice President Digital Market PT Telkomsel dalam acara Virtus Showcase 2015 di Hotel JW Marriott, Jakarta, Kamis (20/8). Sejak beberapa tahun terakhir, perusahaan tempatnya bekerja sudah memahami betapa berharganya data yang mereka miliki. Lantas, mereka mulai menyediakan big data service untuk klien.

Nama lengkap, nomor kartu tanda penduduk, alamat, dan jenis kelamin, merupakan informasi standar yang bisa dikumpulkan provider telepon setiap kali seorang pengguna meregistrasikan nomornya. Namun, pengumpulan data yang dilakukan tidak berhenti sampai di situ. Provider seperti Telkomsel bisa mencatat ke mana saja pengguna pergi, ke toko atau restoran seperti apa dia biasa masuk, bepergian untuk tujuan liburan atau bisnis, bahkan mencatat apakah percakapan telepon biasanya seputar kerjaan atau urusan personal.

Dari semua data yang ada itu, bisa dibuat perilaku kolektif dari pengguna yang pada akhirnya bisa dijual ke perusahaan yang membutuhkan data analitis untuk menentukan kebijakan selanjutnya. "Biasanya kalau di Indonesia banyak perusahaan mengeluarkan banyak biaya untuk memasang billboard, tapi selama ini mereka tidak bisa memastikan seberapa banyak yang kemungkinan melihat. Kita bisa kasih tahu pada peak hour profil orang yang lewat dan kemungkinan melihat billboard itu seperti apa, kita beri masukan untuk marketing juga pertimbangan seperti apa desainnya," jelas Haryati memberi contoh penggunaan layanan big data mereka.

Dia menilai, semua bisnis bermula dari pelanggan. Karenanya, perusahaan mesti memahami konsumen mereka seperti apa. Telkomsel memiliki 144 juta pelanggan yang datanya diolah menjadi algoritme, kemudian jadi masukan untuk klien mereka yang rata-rata dari tenaga marketing perusahaan. Meski memiliki akses ke banyak data personal pelanggan, Haryati menjamin privasi sangat dirahasiakan.

"Yang kami sajikan adalah 'collective behavior' dan demografi, bukan satu persatu. Sekalipun kita tahu profil pelanggan, kita pilih hanya yang sesuai dengan kebutuhan dan diberikan tanpa nama, hanya statistik," jelasnya.

Signifikan
Seiring penggunaan ponsel pintar yang makin meluas, itu artinya semakin banyak data personal pengguna yang bisa dikumpulkan, termasuk jenis situs yang biasa dibuka. Bagi Anda yang terbiasa menonton di Youtube misalnya, mestinya menyadari bahwa situs berbagi video tersebut memberikan rekomendasi video sesuai jenis yang sering ditonton sebelumnya.

Personalisasi aplikasi dan situs pencarian sesuai kecenderungan penggunanya merupakan salah satu bentuk penerapan big data. Tidak hanya menjadikan analisis yang bersifat deskriptif, big data juga memungkinkan untuk analisis prediktif dan kelak preskriptif. Sayangnya, big data masih terbilang baru di Indonesia.

"Setiap perusahaan menghasilkan begitu banyak data setiap harinya. Dengan semua data yang mereka simpan, hanya sedikit dari mereka yang dapat mengolahnya menjadi informasi untuk pengambilan keputusan strategis bagi perusahaan," ujar Direktur Virtus Technology Indonesia Christian Atmadjaja Padahal, di dunia, penggunaan big data makin signifikan. Survei yang dilakukan IDG ( International Data Group) menunjukkan enterprise terhadap 1.139 chief information officer (CIO) di sembilan sektor industri memprediksi penggunaan data analitis akan mendominasi pengeluaran perusahaan 2015 ini.

Perusahaan dengan skala besar menghabiskan US$13,8 juta, sementara usaha kecil dan menengah (UKM) sebesar US$1,6 juta. Senior Director and Country Manager VMware Indonesia melihat pentingnya perusahaan menjajaki big data. Pasalnya, sistem mobile mulai menyaingi daring dan itu turut memengaruhi perusahaan. Dia menyebutkan, "Dalam 10 tahun, rata-rata 30%-40% perusahaan hilang, diakuisisi, atau berubah ke bisnis lain. Makanya, perlu fleksibilitas untuk mengakomodasi perubahan."

Pemanfaatan Big Data

Analisis big data berguna di berbagai bidang. Bank Central Asia (BCA) melihat pengelolaan data besar yang mereka miliki bisa menunjukkan profil risiko nasabah mereka. Hermawan Thendean selaku Executive Vice President of Strategic Information Technology Group BCA, menjelaskan mereka kini mulai menggunakan big data untuk melihat kebiasaan debitur dalam mencicil utang. Dengan berbekal pemahaman terhadap pelanggannya, mereka juga bisa menawarkan rumah dan investasi.

Lain lagi pengalaman Iwan Joeniarto Executive Vice President of Maintenance & Fleet Management PT Garuda Indonesia yang berbagi pengalamannya di kesempatan yang sama.
Jika selama ini orang informasi dan teknologi (IT) sering hanya berkutat dengan bahasan teknis, kini ada tantangan dari big data yang membuat orang IT harus memahami marketing juga. "Data booking kami di Garuda ada 1.200 per hari, tapi yang bayar akhirnya sepertiganya saja, atau 400 orang. Hasil analisis big data, kami gunakan sebagai bagian dari pengambilan keputusan, apa yang salah dan kurang, juga menyusun profil untuk tingkatkan hubungan dengan pelanggan," jelasnya.

Kaitan hasil analisis big data dengan pengambilan keputusan tentu saja bukan hal remeh, diperlukan manajemen yang memang tidak khawatir dengan perubahan. Pasalnya, kalaupun bagian analisis data sudah bekerja bagus, tetapi masukannya tidak diterima dan tidak bisa dipraktikkan, akhirnya pun sia-sia. Sejalan dengan itu, Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Informatika Woro Indah Widiastuti menyambut baik perkembangan big data di Indonesia.

Dalam kasus virus ebola contohnya, dia melihat big data pun bisa membantu untuk melacak penyebarannya. "Industri ini sangat menjanjikan, tapi kalau ada salah, juga bisa sangat memengaruhi industri tersebut," tukasnya. Di Indonesia sendiri, perangkat hukum untuk mengatur soal big data masih perlu dirumuskan untuk menghindari penyelewengan di kemudian hari, soal privasi termasuk salah satu di antaranya.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya