Fathurrozak Jek Jurnalistik Universitas Esa Unggul, Jakarta
13/9/2015 00:00
(Fathurrozak Jek)
TERIKNYA matahari akhir pekan Kota Bogor, Jawa Barat, tak menghalangi antusias pengunjung yang berduyun mengerubungi deretan tenda Pasar Rakyat Tani 2015, Minggu, (6/ 9). Mengusung konsep pasar rakyat tengah kota, Sabrina, selaku Project Leader Pasar Rakyat Tani, mengutarakan konsep utamanya. "Kami terinspirasi dengan berkembangnya farmer’s market di luar negeri. Kalau di luar negeri sudah banyak. Tapi, di Indonesia sepertinya minim sekali perkembangannya," kata Sabrina. Meyakinkan petani Melalui Agrisocio, bersama rekan-rekannya, mahasiswa peternakan yang sebelumnya juga melakukan binaan kepada petani desa sekitar kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) itu, menggagas acara ini. Kini, sudah ada dua desa binaan yang juga tampil dalam ajang ini. " Nanti kami akan memperluas binaan ini melalui jaringan alumni IPB," kata Sabrina ketika ditemui dalam acara yang merupakan rangkaian Dies Natalies IPB ke-52 ini. "Pasar Rakyat Tani ini merupakan ketiga kalinya dihelat. Justru, mumpung ada event Dies Natalies, kita manfaatkan momennya. Sebelumnya, Maret sudah pernah. Dan satunya lagi di pada Oktober 2014," kata Sabrina.
Tidak mudah untuk menghelat Pasar Tani. Sabrina yang sudah tergabung sedari awal gelaran, mengutarakan tantangan utamanya yakni meyakinkan petani. Sebagian besar petani menolak produknya dipromosikan, hingga anggapan membuang waktu. "Memang awalnya susah sekali mengajak para petani untuk ikut gabung, tapi dengan planning yang matang, kami bisa menghelat, dari 14, sampai sekarang yang ikut 42 partisipan," kata Sabrina. Tenda pameran petani Susah payah mengajak petani tampil ke publik, berbagai tenda yang menyuguhkan hasil kerja keras para pekerja agraris itu tampil meriah. Ada aneka sayuran hidroponik, buah-buahan, beras, serta berbagai hasil bumi lainnya. "Saya dari Garut, ini paprika yang kita tawarkan, merupakan tanaman hidroponik.
Biasanya kita jual ke supplier," ujar Iyep, petani asal Garut yang membawa serta tiga karyawannya. Interaksi langsung masyarakat yang selama ini hanya bersentuhan dan menikmati hasil tani, tanpa kenal para pengolahnya, juga terjadi di sini. Para balita turut serta diajak orangtuanya, mengelilingi tenda Eureka Farm, yang tampil dengan jagoannya, produk olahan madu. Anak-anak mengerubungi peti kaca, yang di dalamnya dipenuhi lebah. Tampaknya Eureka Farm paham bahwa mereka mesti menarik minat anak-anak, agar para orangtua mendekati Eureka Farm. Petani muda Kontribusi para pemuda bukan cuma sebagai panitia, dalam Pasar Rakyat Tani, hadir Nizar, petani muda yang dengan bangga memamerkan produk olahan teh susu rasa buahnya, Qualitea.
Nizar memulai usahanya sejak Oktober 2014. Kini, bersama satu rekannya, Nizar bisa memperoleh omzet tiga hingga empat juta rupiah sebulan. Tidak hanya Nizar, Digo, pendiri Bengkel Tanaman, eksis dengan jasa landscape atau penataan tanaman. "Awalnya, Bengkel Tanaman bermula dari website yang hanya memberikan informasi seputar desain landscape. Namun, kami ingin merambah kewirausahaan. Kami menyeriusi sejak 2013, bersama empat teman kuliah satu jurusan di jurusan Arsitektur Lansekap IPB," kata Digo. Harus ada di tiap kota Pertemuan petani dengan konsumennya, serta pameran buah dan sayur akan terus digulirkan Sabrina. “Kami ingin Pasar Rakyat Tani hadir di setiap kota di Indonesia. Kami optimistis hal ini bisa terwujud, bermula dari jaringan komunikasi alumnus IPB. Namun, yang pasti, setiap pekan harus bisa segera diselenggarakan di Bogor," ujar Sabrina