MATAHARI siang itu begitu terik. Sepanjang jalan utama menuju rumah itu tampak gersang karena barisan genting rumah yang berdekatan satu dengan lainnya. Hanya ada beberapa pohon berbatang besar di pinggir jalan yang manfaatnya tidak begitu dirasakan karena tidak bisa dipakai untuk berteduh. Gang-gang kecil pun mendominasi jalur menuju rumah pasangan Sutikno Winarto, 51, dan Phebe Theresia, 47, di kawasan Sunter, Jakarta Utara. Hal itu semakin memperjelas bahwa kawasan tersebut ialah permukiman padat penduduk. Dari luar, bangunan berlantai tiga dengan luas 550 m2 itu tampak kukuh seperti rumah pada umumnya. Apalagi bila dibandingkan dengan rumah sekitarnya, terlihat paling tinggi sekitar 15 meter.
Namun, begitu masuk, rumah yang menghadap barat itu sangat asri. Bangunannya secara garis besar berbentuk T dengan sebagian besar berada posisi berada di sisi barat dan utara. Area tengah hingga sisi selatan dan timur digunakan untuk area terbuka. Di lantai 1, setelah melewati barisan mobil di garasi, sepanjang mata memandang dimanjakan pepohonan dan tanaman berwarna hijau serta suara gemericik air dari tiga kolam ikan di bagian tengah dan timur rumah. Upaya menghadirkan suasana rindang begitu terlihat karena di beberapa tempat yang sulit diberi tanaman hidup, diletakkan tanaman dan bahkan pohon sintetis. Dekorasinya pun dirancang dengan nuansa tempo dulu dan garden ala Eropa.
Itu terlihat dari ornamen pajangan seperti pelat besi, mobil-mobil lawas, dan tekstur belahan kayu. Sebuah gazebo dan jembatan kayu pun melengkapi keasrian dari taman yang luasnya mendominasi bangunan, hampir tiga perempatnya. Di bawahnya terdapat aliran kolam yang cukup panjang melintasi taman dari utara menuju selatan. "Saya dapat inspirasi ketika pergi ke tempat yang asri seperti Bandung, nuansanya sejuk dan banyak suara air," ungkap Sutikno di rumahnya, Kamis (10/9). Biasanya areal taman itu sering digunakan untuk berkumpul keluarga mengadakan pesta kebun. Bila sedang kumpul keluarga besar, area taman mampu menampung 200 orang lebih.
Tanaman sintetis Mengenai penggunaan tanaman sintetis, Sutikno punya alasannya tersendiri. "Biar lebih mudah perawatannya dan kesan rimbunnya tetap dapat. Waktu itu pernah tanam bunga yang asli tapi cepat pada mati. Saya hanya tanam pohon yang mudah dirawat seperti kamboja dan pandan bali yang kini tingginya sampai ke lantai dua," jelasnya. Berkat ketinggian pohon saat ini, dari lantai dua kita bisa menikmati suasana asri lagi. Sebuah jembatan kecil yang terhubung dengan kolam renang di sisi selatan menjadi tempat untuk menikmati keindahan taman di bawah dan daun kamboja yang bermekaran. Kolam renang berukuran 9 x 4,5 meter berada di lantai dua. Dasar kolam renang melayang dengan konstruksi mirip rumah panggung. Bagian bawah kolam renang dijadikan ruang duduk.
Untuk menjaga agar tidak ada rembesan air ke ruang duduk itu, Sutikno mengaku melakukan perawatan berkala dengan memberikan lapisan tahan air. Di lantai dua, pohon sintetis dengan daun berwarna oranye menghadirkan suasana hangat di tepi kolam renang. Sementara itu, tanaman rambat sintetis digunakan di seluruh bagian tembok yang menjulang tinggi di sisi-sisi kolam. Area itu menjadi tempat favorit anak-anak karena bisa bermain air. Selain itu, disediakan sebuah kamar bilas dan sebuah area tunggu dilengkapi bangku serta beralaskan lantai kayu.
Tembok tinggi yang mengelilingi taman tersebut dikatakan Sutikno sebagai kunci untuk menghadirkan suasana asri yang tenang. Tembok itu membuat efek isolasi dari suasana padat lingkungan sekitar. Beranjak ke lantai tiga, kehadiran taman tidak kunjung usai. Meski lagi-lagi menggunakan tanaman sintetis, harus diakui semburat nuansa hijau mampu sedikit menenteramkan hati dari sengatan panas Jakarta. Di bawah taman merupakan kantor anak Sutikno yang berprofesi sebagai perancang busana.
Penumpukan bangunan itu sudah dirancang Sutikno sejak awal mendirikan bangunan pada 1992. Namun, baru pada 2009 semua bisa direalisasikan. Pria kelahiran Semarang yang mengenyam pendidikan arsitektur di Unika Soegijapranata itu mengaku kehadiran taman juga sangat penting bagi keluarganya. Bagi mereka, taman dan keasriannya ialah kesejukan tersendiri untuk bisa dekat dengan Tuhan.